Minggu, 17 Maret 2013

BEBANTENAN



BEBANTENAN 

I.                   Perlengkapan bebantenan

A. Canang

1. Canang genten
Terdiri dari :
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya :
diatas alasnya diisi berturut-turut plawa - porosan – tetuasan dari janur berbentuk kojong/tangkih – bunga-bungaan – bunga rampai – minyak

2. Canang lengawangi-buratwangi
• Alasnya : janur berbetuk segiempat dan di bagian bawahnya dilengkapi 3 tangkih
• Isinya :
Tangkih pertama berisi bahan buratwangi yaitu campuran akar-akaran berbau wangi , cendana, majegau dsbnya yg dihaluskan
Tangkih kedua berisi lengawangi yaitu campuran kacang komak,ubi,keladi, pisang kayu mentah, semua bahan digosongkan lalu dihaluskan
Tangkih ketiga berisi minyak lengawangi bewarna putih yaitu campuran menyan dan malam pd minyak dan wewangian tersebut
Diatas tangkih-tangkih tersebut dilengkapi seperti canang genten dan ditambahkan dg kiping,biu mas,tebu

3. Canang sari
• Alasnya : ceper bungkulan atau tamas
• Sampiyannya : sampyan bundar (uras sari)
• Isi ceper :
plawa,seiris tebu,seiris pisang mas, kekiping, tubungan, seclemik beras kuning
• Isi sampiyan :
Bunga-bungaan dan kembang rampe dan disemprotkan minyak wangi

4. Tadah pawitra/tadah sukla
• Alasnya : janur berbetuk segiempat dan di bagian bawahnya dilengkapi 1 tangkih
• Isinya :
Tangkih berisi campuran kacang komak,ubi,keladi, pisang kayu mentah, semua bahan digoreng dan diletakkan pd tangkih
Diatas tangkih tersebut dilengkapi seperti canang genten

5. Canang gantal
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya :
diatas alasnya diisi berturut-turut plawa - tubungan . Bedanya tubungannya terdiri dari 7 bh lekesan yg digabungkan menjadi satu dg tali atau benang atau biasa pula ditusuk dg semat .
diatasnya lagi diisi sampyan uras metajuh dg disusuni bunga dan kembang rampe. Pinangnya ada disamping tubungan gantal tersebut.

6. Canang tubungan
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya :
diatas alasnya diisi berturut-turut plawa - tubungan . Bedanya tubungannya terdiri dari 2 bh tubungan bersilang lalu diikat dg sirih pula.
diatasnya lagi diisi sampyan uras metajuh dg disusuni bunga dan kembang rampe

7. Canang pengraos
• Alasnya : terdiri atas 2 buah taledan maplekir
• Isinya :
Taledan pertama berisi ;
- Satu kojong gambir
- Satu kojong pinang
- Satu kojong kapur
- Satu kojong tembakau
- Ditengah-tengahnya diisi lembaran-lembaran sirih
- Satu ceper rokok dan korek
Taledan kedua berisi :
- Beras kuning
- Minyak wangi
Terakhir diatas taledan tersebut ditambahkan canang sari

8. Canang nyahnyah gringsing
Terdiri dari :
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya :
diatas alasnya diisi berturut-turut 1 tangkih berisi nyahnyah gringsing ( ketan dan ketan hitam disangan kering,jgn sampai hangus)- plawa - porosan – tetuasan dari janur berbentuk kojong/tangkih – bunga-bungaan – bunga rampai – minyak

9. Canang payasan
Terdiri dari :
• Alasnya : ituk-ituk
• Isinya : plawa-porosan-sampyan payasan berisi bunga

10. Canang Pabersihan/pasucian payasan
Terdiri dari :
• Alasnya : ceper dg 7 celemik dan tampelan yg dijahit pd ceper tersebut
• Isinya :
diatas alasnya diisi
- Tepung tawar
- Sisig ( jaja uli dibakar gosong)
- Ambuh (daun kembang sepatu diiris halus)
- Boreh miik
- Minyak wangi
- Kekosok terbuat dari Tepung beras diwarnai kuningnya kunyit
- Nasi aon
Diatasnya disusuni canang payasan

11. Canang meraka
• Alasnya : sebuah ceper
• Isinya : jajan, pisang dan buah-buahan
Dengan sampyan sri kekili atau boleh pula sampyan uras

12. Canang rebong
• Alasnya : dulang kecil
• Isinya :
dibagian tengah ditancapkan sebatang pohion pisang kecil
dipohon pisang tsb ditancapkan lidi-lidi berisi bunga serta seserojan (jejahitan paku pipid )
perlengkapan lainnya yaitu beras kuning, air cendana,lengawangi-buratwangi, tadah pawitra, masing-masing dg dialasi tangkih, pisang mas, jaja kekiping dan diatasnya disusuni bunga

13. Canang oyodan
• Alasnya : dulang kecil atau wakul lonjong
• Isinya :
dibagian tengah ditancapkan sebatang pohion pisang kecil
dipohon pisang tsb ditancapkan lidi-lidi berisi bunga serta seserojan (jejahitan paku pipid )
perlengkapan lainnya yaitu beras kuning, air cendana,lengawangi-buratwangi, tadah pawitra, masing-masing dg dialasi tangkih, pisang mas, jaja kekiping dan. ditambah pula dg sebuah tumpeng, nyahnyah gula kelapa (campuran ketan-injin –beras merah-beras putih-kelapa sisir-gula dicampur lalu dinyahnyah) diatasnya disusuni bunga


14. Canang berkat
• Alasnya : taledan janur maplekir atau 1 bh tamas (diameter 20 cm)diisi clemik
• Isinya :
cara meletakkan tetandingan dalam empat arah yaitu atas-bawah-kiri-kanan
a. Daun-daun kayu yg diperlukan :
- 4 potong daun selasih miik
- 4 potong daun beringin
- 4 potong daun ancak
- 4 potong blangsah pinang (buah)
- 4 potong kayu mas

b. Diatas daun-daun kayu tsb diisi :
- 4 bh tampelan
- 4 bh lekesan tali benang
- 4 bh leletan
- 4 bh tubungan

c. Bahan pesucian yg dimasukkan :
- 4 clemik boreh miik
- 4 clemik sisig + asem/tebu
- 4 clemik ambuh
- 4 clemik irisan daun pucuk
- 4 clemik minyak wangi

d. Bahan-bahan yg lain yg masuk :
- 4 clemik beras putih
- 4 clemik beras kuning
- 4 clemik kencur diiris
- 4 clemik tadah sukla
- 4 clemik nyahnyah gringsing
- 4 clemik ampo
- 4 clemik dedes rasmen
- 4 clemik kacang komak goring
- 4 clemik kacang putih goring
- 4 bidang kekiping
- 4 bh pisang mas
Setelah semua lengkap diatasnya ditutup dg 1 bh sampyan bundar besar yg diisi bunga dan kembang rampe

B. Daksina

1. Daksina alit
• Alasnya : sebuah bedoggan dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya :
beras sejumput lalu ssebutir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- Gegantusan
- Sebutir telur itik
- Satu tampelan
- Tingkih
- Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

2. Daksina linggih
• Alasnya : sebuah bedogan dialasi dg sangku perak/aluminium
• Isinya :
- Sebuah tapak dara
- Sejumput beras
- 1 buah kelapa mapelut
- 1 kojong telur itik
- 1 kojong Gegantusan
- Satu tampelan
- 1 kojong Tingkih
- 1 kojong Pangi
- 1 kojong irisan Pisang kayu mentah dan tebu
- 1 buah canang sari
- Benang putih
- 1 ikat uang lekeh ( berjumlah 11 )

3. Daksina pekala-kalaan
• Alasnya : sebuah bedogan besar dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya :
beras sejumput lalu 2 butir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- 2 Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- 2 Gegantusan
- 2 butir telur itik
- 2 tampelan
- 2 bh Tingkih
- 2 bh Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

4. Daksina krepa
• Alasnya : sebuah bedogan besar dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya :
beras sejumput lalu 3 butir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- 3 bh Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- 3 bh Gegantusan
- 3 butir telur itik
- 3 bh tampelan
- 3 bh Tingkih
- 3 bh Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

5. Daksina gede/galakan/pemogpog
• Alasnya : sebuah bedogan besar dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya :
beras sejumput lalu 5 butir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- 5 bh Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- 5 bh Gegantusan
- 5 butir telur itik
- 5 tampelan
- 5 bh Tingkih
- 5 bh Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

C. Bebantenan

1. Banten danan
• Alasnya : 1 bh ceper bungkulan
• Isinya :
- 2 bh celemik atau 1 kojong rangkadan berisi kacang-saur
- 2 buah tumpeng
- Diisi raka dan jaja sekebis-sekebis
- Sampyan plaus lengkap dg porosan dan bunganya
- 1 tanding canang

2. Banten pejerimpen alit
• alasnya : 1 buah bedogan kecil
• isinya :
- raka dan jaja sekebis-sekebis
- 1 bh tunpeng kecil
- 1 kojong rangkadan
- Sampyan jerimpen alit berisi bunga dan porosan

3. Banten kawas/daun
• Alasnya :
1 bh taledan kawas yg mana pd bagian atas tengah dijahitkan 1 bh kekojong maikuh dg dilengkapi 1 bh porosan dan bunga.
Kemudian dibagian bawahnya dijahitkan 4 bh celemik
• Isinya :
Celemik no.1 berisi 1 bh kebeber putih polos dan 1 bh kebeber kuning mesari
Celemik no.2 berisi jajan kukus putih kuning
Celemik no.3 berisi lawar barak dan lawar putih
Celemik no.4 berisi sayur urab diisi nasi sasahan dan 1 bh sate kawas
Celemik no.5 ditengah-tengahnya diisi nasi sasahan dan 1bh sate kawas
Diatasnya dilengkapi dengan 1 bh canang

4. Banten peras
• Alasnya : sebuah taledan dan diatasnya diisi kulit peras
• Isinya :
- Beras sejumput
- Benang putih
- 1 bh tampelan
- 2 bh tumpeng/untek peras
- Tebu,tape,bantal
- Kojong rangkadan berisi rerasmen
- Raka-raka (pisang,buah dan jaja)selengkapnya
- Sampyan peras biasa aataupun sampyan pengambyan
- canang

5. Penyeneng
a. penyeneng teenan (bebuat)
• alasnya : ituk-ituk yg dibagian atasnya dijahitkan jahitan penyeneng
• isinya :
- beras dg benang tetebus putih
- nasi aon
- tepung tawar
b. penyeneng biasa
• alasnya : ceper bucu telu atau bias dg jembung
• isinya :
sampyan nagasari dijahit diatas alas kemudian ditambah unteng/tetuasan penyeneng
3 buah kekuwung
c. penyeneng terag (gede)
• alasnya : wakul
• isinya :
1. dasarnya adalah sampyan sreyok, dasar sampyan pengambyan
2. 3 batang kekuwung
3. Tetuasan ati
4. Tetuasan paku pipid
5. Tetuasan cemara
6. Tetuasan kepundung
7. Tetuasan cempaka
8. Tetuasan bungan isen
9. Tetuasan kukun rangda

6. Banten sodan/ajuman/ajengan/rayunan
• Alasnya : taledan, tamas, ceper dan sejenisnya
• Isinya :
- 2 bh penek
- Tebu
- Tape dan bantal
- Raka-raka
- Rerasmen dalam wadah celemik atau kojong rangkadan
- Sampyan soda/plaus/kepet-kepetan

7. Banten pengambyan
• Alasnya : taledan
• Isinya :
- Tumpeng 2 buah
- 1 bh tipat pengambyan diletakkan ditengah-tengah tumpeng
- 1 pasang tulung pengambyan diletakkan didepan tumpeng
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan pengambyan mesreyok
- 1 bh canang
- Raka-raka

8. Banten tulung
• alasnya : sebuah ituk-ituk ditempelkan 3 bh jejahitan tulung sangkur
• isinya :
- nasi dan rerasmen
- dapat pula dilengkapi dg sampyan plaus/payasan kecil lengkap dg bunga dan porosan
9. Banten sesayut
• Alasnya : sebuah kulit sesayut
• Isinya :
- Nasi maklongkong
- 1 bh kojong rangkadan lengkap dg rerasmen
- Raka-raka
- Sampyan nagasari lengkap dg bunga dan porosan


10. Banten dapetan
• Alasnya : sebuah taledan
• Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal tape
- 1 bh tumpeng
- 1 bh kojong rangkadan
- 1 bh sampyan jeet guak
- Sesedep yang berisi beras putih dan benang putih
- Sebuah penyeneng dan canang

11. Banten tumpeng pengapit
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya :
- 2 buah tumpeng
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- Canang

12. Banten penyeneng
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya :
- 3 buah tumpeng
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- Sebuah penyeneng
- canang


13. Banten guru
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya :
- 1 buah tumpeng guru (tumpeng besar dengan telur itik matang diujungnya)
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- canang

14. Banten udel
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya :
- 1 buah tumpeng dibadannya ditusukkan ulam ati atau bias diganti dg bawang putih
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak

15. Banten kurenan
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya :
- 2 buah tumpeng dikelilingi oleh 5 bh tumpeng kecil-kecil
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan pengambyan
- canang


16. Banten pengiring
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya :
- 1 buah tumpeng
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- canang

17. Banten saraswati
• Alasnya : tamas
• Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 celemik 1 celemik jajan cacalan bebikasan kedalamnya sejumlah 14 macam ( 9 yg putih, 5 yg kuning )
- 5 Celemik panca
- 3 celemik gegodoh – sengait – kekiping
- 7 celemik bahan pabresian payasan
- 1 limas janus berisi nasi bira
- 1 celemik berisi bubur precet
- 1 celemik berisi beras dan tampelan benang putih
- 1 bh ceper berisi jajan saraswati yg beralaskan 1 batang beringin yg berisi 5 lembar daun yg dipolesi bubur precet lalu dijarit
(Daun diujung dibentuk tampelan, 2 daun dibawahnya dibentuk rokok, 2 daun lagi dilepas /tak dijarit)
- Daun endongan yg dibuat : 2 dibentuk rokok, 1 dibentuk slekosan, kemudian ketiganya dijahit menjadi satu, didalamnya semua berisi bubur precet. Semua diletakkan dalam 1 buah ceper yg kemudian diletakkan dalam tamas itu juga.
- 1 celemik segara gunung yg bahannya dari temu-temuan, kelapa parut, biji delima, gula rontal, asem, bawang goring, ketan dan injin yg digoreng sangan lalu dialasi dengan limas.
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Penyeneng teenan
- Canang

18. Banten pejati
Terdiri dari :
- 1 tetandingan daksina lengkap
- 1 tetandingan banten soda/ajuman
- 1 tetandingan tipat kelanan (terdiri atas; sebuah ceper berisi tipat 1 kelan/6 buah dilengkapi dengan rerasmen dan canang)
- 1 tetandingan banten peras

19. Banten byakala
Alasnya : tempeh/sidi yang diberi taledan dari slepan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- Ditengah taledan diisi sejumput beras, benang, sebuah tampelan
- Diatasnya diberi kulit peras dari daun pandan berduri 3 muncuk
- Diatas kulit peras diberi nasi yang berisi garam dan dibungkus daub pisang dengan berbentuk slekos sumping (segiempat) dan sebuah lagi dibungkus daun pisang dibentuk segitiga
- Kojong rangkadan lengkap dengan rerasmennya
- Sasedep berisi beras dan benang putih
- Coblong berisi air dan sebuah padma
- 1 tanding canang pabersihan payasan
- 1 takir isuh-isuh berisi sapu lidi-tulud sambuk dan danyuh
- 1 takir benang merah
- Sampyan nagasari dari daun endong merah

20. Banten prayascita
a. Prayascita biasa

Alasnya : tamas sesayut, taledan sesayut
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- Nasi bundar maklongkong beralaskan jahitan bundar 5 lembar daun tabia bun dan dianasinya ditancapkan 3 pucuk daun dadap dan 3 pucuk padang lepas
- Kojong rangkadan
- 1 soroh tulung sayut
- 1 soroh pabresihan payasan
- 1 takir beras kuning
- 1 takir reringgitan
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Penyeneng
- Padma dan coblong payuk prayascita
- Lis padma
- Canang

b. Prayascita sakti
(semua jejahitan terbuat dari janur kuning)
Alasnya : tamas sesayut mejaro dg kulit peras bundar ditengah-tengahnya
Isinya :
- Daun tabia 8 lembar dijarit
- Raka – selengkapnya
- Nasi bundar meklongkong berisi rerasmen dan diatasnya letakkan 5 iris telur dadar sesuai dengan pengider
- Kojong rangkadan
- Tulung sayut
- Pabresian payasan
- 1 tanding banten peras kecil
- 1 takir beras kuning
- 1 takir reringgitan
- 1 buah kelapa muda gading di kasturi
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Penyeneng
- Padma dan coblong
- Lis padma
- Payuk prayascita

c. Prayascita luwih
Alasnya : tamas sesayut mejaro
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 buah sampyann tulung urip dengan ditengahnya diletakkan 1 buah tumpeng putih besar
- 1 kojong rangkadan
- 1 tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 1 takir beras kuning
- 1 takir reringgitan
- 1 kelapa gading dikasturi
- 1 payuk prayascita
- 11 tulung ngeleb berisi nasi dan kacang saur
- 11 buah kwangen
- 11 bh tipat gelatik
- 11 bh untek
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Lis padma
- 11 tetanceb
- Canang sari

21. Durmenggala
Jejahitannya terbuat dari slepan matatad (tidak boleh dijatuhkan)
Alasnya : nyiru dg diisi taledan sesayut
Isinya :
- Raka-raka masing-masing macam jumlahnya lima-lima
- 1 bh tumpeng hitam (injin)
- 1 limas yg berisi b1 bh untek yg ditusukkan terasi dan yang satunya ditusukkan bawang jahe
- Kojong rangkadan
- 1 ekor ayam hitam dipanggang atau bias diganti dengan 1 bh telur bekasem
- 1 soroh tulung sayut
- 1 pabresihan payasan
- 1 daksina
- 1 takir berisi : 2 base tulak dan 1 pinang
- 1 kelapa muda hijau yg dikasturi
- 1 takir diisi isuh-isuh dan 1 telur ayam
- 1 bh lis amu-amuan
- Ketupat kelanan
- Taledan kecil berisi nasi Maura berisi kacang saur dan 1 bh tampelan (nasi lis) boleh diletakkan diatas kapar kecil berisi taledan
- 1 periuk tirta
- Coblong dan padma
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Penyeneng
- Canang

22. Banten pejerimpenan
a. Jerimpen alit :
o Alasnya sebuah bedogan kecil
o Isinya raka-raka sekebis-sekebis
o 1 bh tumpeng kecil
o 1 kojong rangkadan
o Rerasmen
o Sampyan pejrimpenan

b. Jerimpen gede :
o Sebuah wakul
o Sebuah keranjang jerimpen dibungkus daun enau ataupun kain putih/kuning
o Pada wakul berisi tampelan, beras, benang, uang
o Aneka jajan uli atau begina dll
o Sampyan jerimpen

23. Pangulapan
Alasnya : ngiu dengan taledan sebagai alas banten
Isinya :
- Dibagian hulu banten pejati, pengambyan, sangga urip, babuu
- Bagian tengahnya banten sorohan alit
- Pabersihan
- Penyeneng
- Bagian hilirnya sebuah ceper berisi 11 tumpeng kecil dilengkapi dengan rerasmen
- Raka-raka
- Sampyan tumpeng

24. Satu soroh tulung sayut
Terdiri atas 4 jenis banten kecil yang diikat menjadi satu yaitu;
a. Sesayut
Alasnya : taledan sesayut bundar (kecil)
Isinya :
- Nasi sasah dg rerasmen
- Irisan tebu, pisang dan jajan uli

b. Peras
Alasnya : ceper
Isinya :
- Tumpeng lanying kecil 2 bh
- Rerasmen
- Irisan pisang, tebu, bantal-tape kecil serta sekebis jaja uli
- Sampyan pusung 2 bh
c. Danan
Alasnya : ceper
Isinya :
- Tumpeng lanying kecil 2bh
- Rerasmen dalam wadah celemik
- Irisan pisang, tebu, bantal-tape kecil serta sekebis jaja uli
- Sampyan danan
d. Tulung
Alasnya : wadah tulung
Isinya :
- Nasi sasah dengan rerasmen
25. Satu soroh sorohan
Terdiri atas 3 bagian tetandingan yaitu ;
a. Alasnya : Taledan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh ceper berisi 11 bh untek kecil-kecil
- 1 kojong rangkadan
- 1 tanding ketupat kelanan
- 1 soroh tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 1 penyeneng teenan/kecil
- 2 bh Sampyan pusung
- 2 bh sampyan gantung-gantungan
- 1 bh sangga urip

b. Alasnya : taledan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 22 bh untek alam 1 bh ceper
- Kojong rangkadan
- 1 tanding ketupat kelanan
- 1 soroh tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 2 bh sampyan pusung
- 2 bh gantung-gantungan
- 1 penyeneng teenan
- 1bh sangga urip
c. Alasnya : taledan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh ceper berisi 11 untek dan 11 tumpeng
- 1 kojong rangkadan
- 1 tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 2 bh sampyan pusung
- 2 bh gantung-gantungan
- 1 penyeneng teenan
- 1bh sangga urip
Semua tetandingan tersebut diisi canang kemudian ditumpuk jadi satu dan ditutp dengan sebuah taledan

26. Banten Kawas
Alasnya :
sebuah taledan yg dibag atasnya yaitu tengah-tengah dijahitkan 1 bh kojong meikuh dilengkapi dg bunga dan porosan. Dibawahnya dijahitkan 4 celemik
isinya :
- Celemik pertama berisi 1 bh kebeber putih polos dan 1 bh kebeber kuning
- Celemik kedua berisi jajan kukus putih kuning
- Celemik ketiga berisi lawar barak lawar putih
- Celemik keempat berisi sayur urab, nasi sasahan dan 1 btg sate kawas
- Ditengah-tengah diisi nasi sasahan dan 1 btg sate kawas
Untuk upacara yang lebih besar sayur-sayurannya ditambah dg daun-daunan yg lain seperti untuk suci seperti; daun karuk, daun keduduk, daun saman gigi, daun takep-takep, dll.

27. Dewa – dewi
Alasnya :
- tempeh berisi base tampelan, beras, benang, uang kepeng 450 dibagi 2 masing-masing 225 kepeng. Diatasnya diisi taledan kemudian dibungkus dengan kain putih.
- Diatasnya diletakkan 2 bh tamas/paso kecil
- Pd masing-masing tamas/paso diisi kelakat sudamala, purusha dan pradanan.
- Masing-masing kelakat diberi tangkai dg mengikat pd masing-masing sudutnya dan tangkai terletak ditengah-tengah menjulang keatas
- Perlengkapan dewa/purusha diletakkan disebelah kanan, letak daun diatur menelungkup
- Perlengkapan dewi/pradana disebelah kiri dan menengadah
- Pada masing-masing kelakat diletakkan daun pisang mas berbentuk tapak dara dan diatasnya diletakkan 8 lembar daun ancak mengarah ke 8 penjuru mata angin dan dijarit berbentuk padma
- Diatasnya disusuni 8 lembar daun medori putih, 8 lembar daun beringin sama-sama berbentuk padma
- Letakkan kwangen yg dilengkapi sesari 11 kepeng
- Diatas kwangen diisi kalpika 8 bh dari daun beringin diselingi 8 uang kepeng
- Kemudian disusuni 8 kalpika daun beringin diselingi 3 uang kepeng
- Pada puncaknya berisi tipat lingga dari daun lalang
- Setelah selesai kedua kelakat dihubungkan dengan benang putih satukel
- Disekitar dewa-dewi diatur runtutan bantennya al;
o Base tubungan dialasi limas
o Canang buratwangi lengawangi
o Rantasan putih kuning
o Kelapa gading dikasturi

28. Pagenian
Alasnya : tempeh berisi taledan daun andong merah
Isinya :
- Segehan nasi merah
- Ulam ayam biing/merah panggang
- Sampyan andong merah
- Daksina
- Sorohan alit
- Peras
- Pengambyan
- Tulung
- Sesayut
- Penyeneng
- Soda
- Suci
- Glar sanga

29. Suci
a. Suci Sibakan (Lekah)
Tamas I
Isinya :
- 5 bh tape dari daun nangka diletakkan ditengah tamas
- Samping kiri dan kanan diisi pisang satu-satu atau dua-dua
- 1 iris – 1 iris tebu diletakkan disamping pisang
- 5 celemik panca diletakkan dibagian bawah tamas
- 5 celemik bebikasan kuning, setiap celemik diisi dua-dua yg 1 macam diletakkan dekat panca
- 9 celemik bebikasan putih, setiap celemik diisi dua-dua yg 1 macam diletakkan dibagian atas
- Penangkeb suci letakkan dibagian atas : simbar dan kemimitan satu-satu
- Dibagian bawah ; klongkang dan anggur satu-satu
- Dibagian atas ; jajan uli merah dan putih serta satuh maikuh
- Dibagian bawah ; begina merah putih
- Paling atas diletakkan 1 tanding solasan
Tamas II Ngelampad
Isinya :
- Urab dulu sayur-sayuran untuk suci seperti nangka, papaya, kacang panjang, kecambah, pare, daun jepun, daun tabia bun, daun saman sigi, daun cendana, daun sikep-sikep
- Rerasmen ; kacang-kacangan digoreng, saur, telur dadar, sudang-sudangan, terung, ketimun, pelas, garam
- Nasinya lekah ; 1 ceper nasi untek yg beralaskan 1 lembar daun dadap
- Sayur-sayuran dan rerasmen diatur sedemikian rupa dengan celemik-celemik dan nasi untek yg beralaskan ceper taruh ditengah-tengah tamas
Jadi kedua tamas ditumpuk jadi satu dan diisi 1 tanding canang

b. Suci sari
Tamas I :
- 5 bh Pisang kayu masak
- 5 bh bantal
- 5 bks tape
- 5 bh jajan begina (warna putih dan kuning)
- 5 iris tebu
- Jajan sasamuhan putih kuning
(kabeber,kuluban,puspa,karna,panji,katibubuan udang, ratu magelung, candiraga, kerang, bungan temu, tiga getas, tuding, pahyasan, saraswati. Dengan perbandingan saat menata; 12:6, 9:5, 7:5, 5:4)
- Panca pala
- 5 bh canang berisi porosan
Tamas II :
- 4 bh tumpeng
- 1 bh tumpeng guru
- Nasi memakai limas berisi saur, telur dadar, kacang putih goring
Tamas III :
- Kacang putih, botor putih, komak, papaya, terung kanji, semua direbus . Daun – daunnya dipakai sayur dengan bumbu bawang putih, kencur tanpa terasi dialasi takir.
Diatasnya dilengkapi ;
o Sekul pinda
Alasnya ceper berisi 3 pulung nasi memakai alas celemik, isinya pisang kayu masak 3 bh dan madu 1 takir
o Sega taksisir
Alasnya memakai ceper berisi nasi aron-aron, kelapa diiris-iris, kacang komak digoreng dan disaur
o Nasi bira
Alasnya memakai ceper berisi nasi urab, kacang goring dan terung sutra direbus
o Sekul wedya
Alasnya memakai ceper berisi 3 pulung nasi putih yg diaru dengan empehan, dialasi daun bingin 3 lembar, diatasnya berisi 3 iris bawang dilengkapi ujung daun ambengan 2 lembar dan daun aa baas 3 lembar
o Nasi pahyasan
Alasnya memakai ceper berisi nasi, daun delima wanta, saur, telur dadar dan kacang mateng
Kelengkapannya ;
o Pisang matah
Alasnya memakai wakul kecil berisi kacang-kacangan serba mentah, pisang kayu mentah, tebu, porosan masing-masing 5 bh dan sampyan peras yg kecil
o Pisang lebeng
Alasnya wakul kecil berisi buah panca pala (5 jenis) masing-masing 5 iris, jajan sasamuhan, tape, bantal, tebu diatasnya sampyan nagasari
Runtutannya ;
o Canang buratwangi lengawangi
o Canang sari
o Canang gantal
o Daksina
o Peras
o Soda
o Tipat kelanan

c. Suci Tibaro
Tamas Tatampel :

- sama seperti yang ada di suci sari

Tamas Sradhu :
- isinya pisang kayu masak, tebu, tape, bantal, jajan begina masing-masing 2 bungkus
- jajan sasamuhan putih sebelah kanan, yang kuning di sebelah kiri diletakkan berpasangan, dilengkapi panca pala, pala bungkah dan pala gantung dan 2 bh canang porosan
Tamas III Babungkul :
- isinya sebuah tumpeng
- 1 celemik beras basah
- Telur itik direbus
- Jajan berbagai jenis
- Sebuah canang

Tamas Saraswati :
- Pisang, tebu, bantal, jajan begina masing-masing 5bh/bungkus
- Jajan sasamuhan putih dan kuning diletakkan berpasangan
- Jajan saraswati dialasi takir
- Bubur galeng, bubur lengen , telur kecet dibungkus daun beringin dan andong
- Pala bungkah, pala gantung dan canang porosan 5 bh

Tamas Rawit :
- Pisang, tebu, bantal, jajan begina masing-masing 3 bh/bungkus
- Jajan sesamuhan putih dan kuning diletakkan berpasangan
- Panca pala dan canang porosan 3 bh

Tamas Duma :
- Isen, kacang putih, kacang botor, komak putih direbus, masing-masing dialasi celemik dengan diatasnya dilengkapi;
o Rujak segara gunung
Dibuat dari jenis-jenis temu, kelapa parut , buah delima, gula ental, asem, bawang goring, nyahnyah ketan, injin dialasi limas
o Tadah pawitra
o Nasi pradnyan
Alasnya memakai ceper berisi jajan kukus ketan, injin, bunga delima, kelapa direbus, bawang goring dan garam wuku
o Bubur Sasuru
Alasnya memakai ceper berisi bubur beras dialasi karton dan daun ancak ditancapi padang lepas
o Bubur Jrenang
Alasnya ceper berisi bubur catur warna dan baem warak serta santan 1 takir
o Bubur Pirata
Alasnya ceper, kemudian daun medori 11 lembar berisi bubur 11 sendok, disusuni padang lepas dan daun ambengan
o Sajen
Alasnya celemik berisi batu celagi (asam) dinyahnyah ditumbuk halus
- Tamas Guru
Isinya sama dengan tamas guru pd suci sari
- Tamas Wedya
Isinya sekul wedya terdiri dari abugala, abugasri, lempog, sega, taksisir, bubur jrenang
- Tamas Lampadan
Isinya sama dengan pada suci sari
- Tamas Sancak
o Isinya mentimun ditimur 5bh/iris
o Salak di selatan 9bh/iris
o Nagka di barat 7 bh/iris
o Mangga di utara 4 bh/iris
o Pisang berwarna di tengah 8 bh/iris
- Runtutannya ;
o Guling itik putih jambul
o Sekul gurih
o Punten
o Jumlah jajan 206
o Pelengkap Catur Niri dan Catur Muka
o Pisang matah 2 tanding
o Pisang lebeng 2 tanding

30. Catur
a. Catur Sari
b. Catur Rebah
Alasnya : tamas catur
Isinya :
- Tamas pertama untuk tempat nasi atau penek
- Tamas kedua untuk tempat rerasmen dan ulam
- Tamas ketiga untuk raka-raka masing-masing 2 bh, kemudian diatasnya disusuni kain (tigasan) serta canang tubungan 4 bh dan tiap canang menggunakan warna bunga 1 macam yaitu putih, merah, kuning atau hitam).
Minyak wanginya dibuat dari kelapa bulan, udang, gading dan hijau (mulung).

c. Catur Niri
Alasnya :
tamas catur 12 buah dan tiap warna dialasi tersendiri (dg jumlah pd masing-masing arah adalah 3 bh
Isinya :
- Isinya sama dengan catur rebah namun jumlahnya disesuaikan dengan jumlah urip pangider-ider buana
- Perlengkapan lain pada banten catur ;
o Maduparka, empehan, baem warak
o Jika digunakan sbg pasaksi maka dilengkapi dg banten Guru, Panca Saraswati dan banten Ghana.

31. Banten Ancak
Alasnya : taledan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh tumpeng dialasi daun ancak
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

32. Banten Bingin
Alasnya : taledan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh tumpeng dialasi daun bingin
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang



33. Banten Ungang
Alasnya : taledan
Isinya :
- 1 bh tumpeng dialasi daun ancak
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

34. Banten Tagog
Alasnya : taledan
Isinya :
- 1 bh tumpeng dipangkalnya dibuat gua
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

35. Banten Bulakan
Alasnya : taledan
Isinya :
- 1 bh tumpeng yg disampingnya diletakkan takir berisi air
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

36. Banten Pancoran
Alasnya : taledan
Isinya :
- 1 bh tumpeng yg ditengah-tengahnya diisi sidu dari janur sbg mulut pancoran
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

37. Banten Pengebek
Alasnya : taledan
Isinya :
- 5 bh tumpeng putih
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

38. Banten Guru
- Jenis jajan dan perlengkapannya sama dengan banten catur hanya saja warna yg digunakan putih saja dan bilangan yg digunakan 8 dan 16 sesuia dengan tingkatan upacara.
- Nasinya berbentuk tumpeng dan pada puncaknya diisi telur itik direbus.
- Ulamnya itik putih maguling
- Cara mengaturnya ; dapat dijadikan satu dan dapat pula dipisahkan antara nasi dan ulam dengan raka-raka memakai alas sendiri-sendiri.
- Banten guru dihaturkan kepada Bhatara Guru (Bhatara Siwa)
- Bila pd upacara besar dengan sanggar pasaksi rong tiga maka Banten Guru diletakkan di tengah bersama Banten Catur yg berwarna putih dan kuning.

39. Banten Panca Saraswati
- Banten ini hamper sama dengan banten Catur, hanya saja perlengkapan satu jajannya berwarna lima yaitu ; putih, merah, kuning, hitam dan brumbun.
Warna brumbun sering digantikan dengan warna putih sehingga dalam banten terdapat 2 jajan berwarna putih, satu di timur dan satu lagi ditengah.
- Pada upacara besar, perlengkapannya akan dipisahkan tiap warna disesuaikan dengan arah namun bila upacara biasa perlengkapannya dijadikan satu tempat kecuali nasi dan rerasmennya
- Banten ini dihaturkan kepada Dewi saraswati.

40. Banten Ghana

- Banten ini hamper sama dengan Banten Guru
- Alasnya memakai tempeh bergambar Ghana dilengkapi dengan tali kubal, sedangkan pd banten guru memakai padma
- Banten Ghana memakai pisang kayu 1 ijas berisi 16 atau 20 direbus sedangkan banten guru tidak ditentukan, asal dipandang suci
- Banten Ghana memakai bantal rinji dibuat secara khusus dari ketan gajih dicampur parutan kelapa gading dibungkus janur kelapa gading serta diikat tali kubal
- Pada upacara besar dilengkapi dengan jajan berbentuk Ghana dan yg menggorengnya adalah pendeta tapi pd banten guru tidak
- Banten Ghana menggunakan bunga gambir, pada banten guru hanya ditentukan warnanya putih
- Banten Ghana tak selalu menyertai banten Catur namun banten Guru selalu
- Banten Ghana menggunakan bendera Ghana , banten Guru tidak
- Banten Ghana ditujukan kepada Dewa Ghana.
- Terdiri dari 2 jenis yaitu Ghana Alit dan Ghana Pikulan. Ghana pikulan digunakan pd upacara besar disertai dengan pamogpog terdiri dari ; beras, kelapa, telur itik, ayam, pisang, gula merah serta buah-buahan serba mentah dan tiap jenis 10 catu, ekor.

Selasa, 12 Maret 2013

GAYATRI – MANTRA

GAYATRI – MANTRA
Vinneka Tunggal Eka

JAPA MANTRA

Sri Krishna di dalam Bhagavat-Gita bersabda kepada Sri Arjuna, bahwasanya diantara berbagai mantra, maka Gayatri Mantra adalah yang tertinggi sifatnya dan Beliau sendiri adalah pengejawa...ntahan dari esensi mantra ini. Ada dua versi mantra Gayatri yang paling populer diantara berbagai jenis mantra-mantra Gayatri. Yang pertama adalah seperti berikut ini :

OM

BHUR, OM BWAH, OM SWAH,

Om Tat Savetur Varenyam

Bhargo Devasya Dimahi,

Dhiyo Yonah Prachodayat

Apakah mantra Gayatri ini sebenarnya dan apakah manfaatnya, sehingga sedemikian agungnya mantra ini? Konon Gayatri sendiri yang adalah manifestasi dari lima bentuk bunda alam-semesta ini bersifat maha prakriti (Maya, ilusi Ilahi). Kelima dewi ini adalah Saraswati-Laksmi-Durga-Uma dan Kali, yang membaur menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik di alam buana-alit maupun buana-agung.

Gayatri lahir dari Sang Pencipta Brahma pada awal penciptaan dunia ini yang tersirat di Veda sebagai mantra yang bersifat universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk seorang Bunda alam-semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya. Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala kelima dewi di atas tersebut. Dewi Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur, keindahan dan seni budaya.

Tanpa Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi-pekerti. Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan sebagainya. Beliau adalah shaktinya Dewa Vishnu Sang Pemelihara alam semesta ini, sedangkan Dewi Saraswati adalah shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta. Durga adalah berkuasa di atas segala bentuk kebatilan, asuras dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis; barang siapa memuja Beliau dipastikan akan dijauhkan dari segala mara-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai asura ini.

Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Durga ini, Beliau dianggap sebagai ratunya para setan-dedemit, padahal Beliau ini menguasai mereka dan tanpa Beliau semua unsur iblis ini akan meraja-lela tidak terkendali. Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Laksmi dan Dewa Ganeshya.

Dewi Uma atau Prathivi, atau Pertiwi adalah juga isteri atau shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah ibu Pertiwi ini merupakan Tuhan insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja. Sedangkan Kali, lahir dari Shiva itu sendiri dan akhirnya “membunuh” Shiva dengan kekuatannya. Sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali), yang maha dominan dan abadi.

Dewa-dewi boleh berakhir tugas, tetapi tidak Sang Kala ataupun Sang Kali. Secara spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang ibu yang sedang mengandung, dan selama itu pula sang jabang bayi belajar akan hakikat Tuhan Yang Maha esa dengan segala fenomenaNya baik di alam bumi ini maupun di buana-agung dimana Beliau senantiasa maha hadir dimana saja. Sewaktu seorang jabang bayi lahir, ia menangis pertama kali, dan setiap bayi selalu merneriakkan uah, uah. Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut sang bayi, bangsa apapun ia dan lahir dimanapun, ia adalah : Aum, Aum, Aum, karena tiba-tiba sang jabang bayi kehilangan Gayatri.

Oleh karena itu sewaktu dibabtiskan beberapa hari kemudian, versi pertama gayatri ini oleh sang ayah akan dimanterakan di telinga sang jabang bayi, agar ia sadar kembali akan hakikat kehidupannya di dunia ini. Sayang sekali hampir semua ayah tidak sadar akan makna mantra ini, dan hampir semua pendeta yang melakukan upacara untuk si bayi ini lebih terbius dengan pembayaran yang akan diterimanya. Lambat-laun hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini. Sesungguhnya mantra yang utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang dan bukan untuk mendapatkan pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan.

Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari berbagai kekotoran duniawinya, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman seseorang akan mantra ini sempurna. Kalau hanya mengulang-ulang ibarat burung beo, maka yang didapatkannya hanyalah kebodohan belaka. Pemahaman yang baik akan mantra ini akan mengungkap Sang Jati Diri yang bersemayam di dalam diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih.

Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah berstatus dwijati dan non-pamrih dalam segala hal. Pada saat seseorang berguru, inilah mantra Gayatri versi kedua diberikan kepadanya secara spiritual, dan ini disebutkan kelahiran kembali (kedua kalinya). Versi kedua akan kami utarakan pada keterangan-keterangan berikutnya. Biasanya untuk mendapatkan jalan dhyana ini seseorang akan diminta untuk menyiapkan dirinya menjadi vegetarian total, dan bersikap total ahimsa dan non-pamrih dalam segala hal, walaupun hidup secara duniawi secara wajar-wajar saja.

Mantra ini disebut juga dengan nama Savitri Mantra, karena sebenarnya didedikasikan ke seorang dewa yang bernama Savitr. Ada juga sebutan Savitri-gayatri di buku-buku kuno, dan mantra ini ditujukan pada zaman tersebut pada Dewa Surya secara kaidah-kaidah yang terdapat di dalam Veda, dan hal ini juga disebut sebagai Gayatri. Kaidah ini disebut:

“Om Tat-Savitur-Varenyam

Bhargo Devasya Dhimahi

Dhiyo yo Nah Pracodayat”

Konon maha mantra ini diturunkan pertama kalinya kepada manusia di bumi ini kepada Resi Visvamitra yang agung di zaman yang teramat silam. Keseluruhan mantra ini termuat dalam mandala ketiga dari Rig Veda. Mantra yang sama ini juga hadir Sukla Yajurveda dan Krishna Yajurveda. Di Bhagavat-Gita Sri Krishna bersabda bahwasanya cahaya yang meliputi surya dan chandra adalah CahayaNya semata, jadi menurut para kaum suci, ini berarti Mantra Gayatri adalah mantra pencerahan akan hakikat Yang Maha Hakiki.

Om Bhur berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Sang Bhumi.

Om Bwah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Alam-Semesta.

Om Svah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Kehampaan yang menyelimuti bumi dan alam semesta ini.

Sedangkan tiga baris mantra di atas berarti:

“Kami bersemedi ke arah Cahaya Ketuhanan Sang Surya, semoga cahaya surgawi ini menerangi aliran pikiran yang ada di dalam budhi (intelek) kami.”

Biasanya di India mantra ini disertai dengan japa pranava dan Vyahrti-S. Bagi kaum Hindu, pemujaan sehari-hari mengharuskan japa ini (sandhya-karma) agar pikiran selalau berpikir akan hal-hal yang bersifat jernih. Di Manusmrti 102 tertulis : ”Membaca japa ini di pagi hari sambil berdiri akan menghilangkan semua dosa yang disandang selama malam harinya, dan dengan berjapa di malam hari, maka semua dosa dipagi harinya akan sirna seketika”. Itulah sebabnya kedua waktu ini harus dipergunakan untuk mengingatNya dan sekaligus menyadarkan diri kita sendiri dengan maha mantra ini, bukan hanya dijapakan pada waktu berkunjung ke kuil atau ke pura saja.

Pada zaman ini Gayatri-Mantra telah sedemikian populernya diseluruh dunia sehingga selalu berkumandang dalam bentuk ratusan versi lagu, japa dan puja-puji dalam berbagai dialog yang aneh-aneh. Ada sementara resi mengatakan pranava “Om Bhur-Bvah-Svah” boleh ditambahkan atau tidakpun tidak apa-apa dalam setiap pemujaan, namun rasanya tidak akan berarti kalau tidak disertakan. Ada dua sandhya dalam sehari. Kata Sandhya berarti titik penghubung antara pagi dan malam. Dengan demikian sandhya yang pertama adalah subuh dan yang kedua adalah senja hari. Pemujaan pada pagi hari sekitar jam 4.30 s/d jam 5 pagi disebut Brahma-mahurta dan di sore hari sebaiknya pukul 6 s/d 7 sore. Setelah Islam masuk ke India, banyak orang Hindu menambahkan japa dan sembahyang pada siang hari, padahal itu tidak dianjurkan dan juga tidak dilarang.

Di masa lalu pemujaan pagi hari sambil berdiri dilakukan menghadap ke arah Timur ke Surya dan pada malam hari ke arah Barat, dan sambil memuja, seseorang akan meletakkan air di kedua tangannya yang terkatub, dan pada akhir ucapan mantranya air tersebut dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ini disebut Arghya-Pradana. Pada saat mengakhiri mantra ini, sang pemuja akan mengucapkan :”Surya adalah Sang Brahman (Asavidityo Brahma)”, kemudian ia akan melaksanakan atma-pradaksina, yaitu memutarkan badannya kearah kanan, ini mengisyaratkan bahwa sang pemuja dalam baktinya mengikuti arah Sang Surya dan dharmanya. Sekaligus berarti ia akan selalu berada dalam naungan dan tuntunan Sang Atman, Sang Jati Diri yang raganya sendiri. Pada masa tersebut Gayatri-Mantra diucapkan 10 kali pada setiap sandhya, pada saat ini sudah bebas, walaupun konon mantra ini tidak boleh diucapkan lagi setelah senja lewat. Saat ini aturan inipun sudah terkesan bebas.

Dengan mengucapkan Gayatri mantra kita sebenarnya memohon agar cahayaNya menerangi dan membebaskan kita semua dari kebatilan yang selalu mengganggu kita sepanjang hari terus-menerus tanpa henti dalam bentuk godaan-godaan duniawi yang tidak ada habis-habisnya ini.

Ribuan tahun telah silam semenjak hadirnya berbagai Veda, kemudian muncullah berbagai Sutras dan kemudian hadirlah berbagai pengertian dan penghayatan akan filosif dan ritual yang disebut agama-agama yang berorientasi ke pemujaan Vishnu, Shiva dan Shakti (Durga). Setiap agama ini menyatakan bahwasanya Gayatri adalah miliknya, dan puja ini ditujukan kepada masing-masing Ishta-dewatanya. Kemudian berkembanglah konsep Tuhan sebagai Bunda alam-semesta ribuan tahun lalu, dan hadirlah Dewi Gayatri seperti yang kita kenal sekarang ini. Banyak yang berpendapat dengan melantunkan Gayatri maka seluruh Veda-Veda telah dilantunkan olehnya. Kemudian mantra yang dianggap teramat sakti ini dipercayai sebagai mantra pembawa proteksi diri segala rintangan dan halangan, itulah sebabnya Gayatri mantra juga disebut sebagai “Mantra yang melindungi seseorang yang melantunkannya”.

Kaum Hindu di India percaya bahwa sekiranya timbul kendala atau firasat buruk pada seseorang dikala melakukan suatu usaha atau proyek tertentu, orang tersebut harus duduk berjapa Gayatri-mantra ini sebanyak 11 kali, dan seandainya masih mendapatkan firasat buruk maka dianjurkan mengulangnya sebanyak 16 kali, sesudah itu tidak akan ada aral melintang lagi.

Di India, seorang anak laki-laki diinisiasi dengan mantra Gayatri sewaktu ia masih berusia muda, dan upacara ini disebut Upanayana yang dihadiri dan diselenggarakan oleh kepala rumah tangga dan pendeta keluarga. Upacara ini di berbagai literatur Vedik disebut gayatri-diksa.

Dengan menjalani upacara ini seorang anak laki-laki diinisiasi menjadi seorang penyandang Hindhu Dharma. Manu, manusia pertama menganjurkan pendiksaan ini seperti berikut; Usia 5 tahun bagi brahmana, 6 tahun bagi kshtriya, dan 8 tahun bagi seorang vaishya, maksimum usia-usia ini secara masing-masing kategori adalah 16, 22 dan 24 tahun. Biasanya anak wanita tidak didiksa, karena diksa tersebut akan berlangsung sewaktu ia menikah nanti. Bagi kaum sudra tidak disebutkan pendiksaan ini. tetapi di India masa kini banyak kriteria tersebut di atas yang telah berubah, kaum sudra sudah boleh mengikuti upacara ini berkat perjuangan Mahatma Gandhi almarhum.

Dipercayai secara shahtra vedik bahwasanya Gayatri-Diksa adalah kelahiran kedua. Orang tua melahirkan putra mereka karena menginginkannya secara bersama-sama, dan lahirnya seseorang dari rahim bundanya dianggap sebagai kelahiran fisik. Namun kelahiran kedua adalah anugerah melalui Savitri yang telah menguasai Veda-veda secara keseluruhan, dan kelahiran kedua ini dianggap kelahiran sejati, abadi dan tak pernah mati dimakan sang waktu. Sesudah diinisiasi ini seorang putra laki-laki disebut Dvija.

Sebenarnya mantra ini berisikan kalimat keempat dan kalimat ini dianggap begitu sakralnya sehingga hanya diberikan oleh seorang guru spiritual yang telah betul-betul Dvijati pada saat seseorang memasuki masa sanyasi dan dhyananya. Kalimat keempat ini hadir di Chandogya, Brhadaranyaka dan di Brahma-Sutra. Kami di Ganeshya Pooja (Shanti Griya) telah menurunkan Gayatri lengkap ini (disebut juga Maha-Gayatri) kepada sekitar 70 sishya yang menunjukkan tanda-tanda spiritual yang teramat satvik, dari antara ribuan sishya yoga ini. Prosesnya selalu terjadi secara mistis dan otomatis sehingga sang sishya akan menunjukkan gejala-gejala awal yang sangat menunjang kehadiran Gayatri-Mantra ini di dalam dirinya. Setelah mendapatkan awal inisiasi, pemuja ini akan segera menjadi vegetarian dan ahimsa, lalu mempersiapkan dirinya untuk inisiasi lengkap.

Namun sidang pembaca sebaiknya tidak menghubungi kami untuk yang satu ini, karena mendapatkan Maha-Gayatri adalah proses yang teramat sulit dan sudah banyak yang menjadi gila karenanya. Itulah sebabnya para guru spiritual tidak mau menurunkannya secara sembarangan. Pada saatnya nanti seorang Hindu atau siapa saja yang telah siap mendapatkannya akan menemukan dimana saja Gayatri (Sang Dharma) berkenan. Ingat, bukan kita memilih Sang Brahman, tetapi beliaulah yang memilih kita semua.

Para wanita di masa lampau seperti di masa kini, selalu melantunkan mantra Gayatri secara bebas, dan pada zaman tersebut merekapun melaksanakan upacara Upayana, namun dewasa ini wanita tidak perlu mengikuti upacara ini karena kelahiran kedua seorang wanita adalah sewaktu ia menikah dengan purushanya. Menurut para resi seorang wanita lebih efektif dibandingkan dengan seorang pria seandainya ia berjapa Gayatri-Mantra karena efeknya terasa ke seluruh keluarga dan relasi di rumah-tangganya termasuk janin-janin yang dikandungnya.

Seorang resi guru Chinmaya pernah menulis dan menyebarkan sebuah karya yang disebut Devaprayaga yang dikomentari oleh Sri Shankara Acharya secara pribadi, karya ini sudah tua dan langka, namun dengan bantuan guru tersebut di atas dapat diterjemahkan seperti berikut ini:

Arti dari wacana Gayatri

Gayatri sudha pratyag-Brahma-aikya-bodhika

1. Mantra Gayatri mengindikasikan ilmu pengetahuan yang terutama akan hakikat penyatuan dengan Sang Atman yang hadir di dalam diri kita dan Yang Maha Hadir di mana saja.

2. Yang mengetahui akan segala bentuk budhi (intelek) yaitu Yang Menerangi semua bentuk pikiran dan hadir di semua bentuk intelek, yang merupakan Saksi dari semua bentuk budhi …. Ialah Sang Jati Diri yang disiratkan oleh Mantra Gayatri.

3. Maha Brahma, Realitas transedental yang Hakiki adalah merupakan Sang Jati Diri itu semata-mata, dengan mejapakan Gayatri, Beliau akan bangkit (di dalam diri kita). Sang Atman ini diindikasikan di Mantra Gayatri sebagai Sang Surya (Savitur).

4. Kata “tat” disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya, yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma).

5. Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan penghancurannya (kiamat, pralaya).

6. Kata “Varenyam” (Yang dipuja-puji, Yang dikagumi) berarti Dia (Itu) yang dituju setiap insan (semuanya), Yang bersifat ananda-rupam (rahmat, berkah yang tidak ada batasnya).

(kata ini pada saat berjapa harus dilantunkan sebagai Varenyam)

7. Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan, ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa secara segera.

8. “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir, menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam) ….. kesadaran, alam-mimpi dan alam tidur-lelap.

9. Yang adalah sifatKu yang murni, yaitu AtmanKu, adalah tidak lain tetapi Berkah yang terutama, substratum untuk semuanya, jauh diluar berbagai penderitaan dan tragedi, bersinar sendiri, bersifat kesadaran yang murni, yaitu Brahman Itu Sendiri.

10. Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari konstruksi di Veda.

11. Sekarang jelaslah sudah bahwa Mantra-Gayatri ini mengindikasikan kesadaran dan kebangkitan (dalam arti yang dalam) dalam diri kita agar kita faham akan Hakikat Hyang Tunggal yang menghidupi setiap makhluk.

12. Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah (Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan Satyam, semuanya berjumlah tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi.

13. “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk.

14. Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang menerangi berbagai pikiran kita.

15. Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari seseorang itu sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah Sang Jati Diri kita sendiri.

16. Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha Dipuja yaitu Sang Jati Diri Yang Maha Utama.

17. Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam maupun di luar.

18. Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan, yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini.

19. Kata “Satyam” bermakna: Sebuah tahap yang jauh sekali dari jangkauan berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit.

20. Ketujuh Vyahrti-S diterangkan dan disebut sebagai tujuh loka, yaitu tujuh bentuk kesadaran atau pengalaman.

(juga berarti 7 cakra utama di raga setiap manusia, ini adalah sendi-sendi buana-alit kita yang berhubungan dengan 7 loka di alam-semesta (buana-agung). Fenomena ini hanya bisa difahami oleh seorang sishya dibawah bimbingan guru yang telah dwijati secara murni).

21. “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman.

22. Sang Jati Diri, Yang adalah eksistensi murni, adalah makna yang disirat dan diindikasikan oleh Mantra-Mantra Veda OM, yang menunjuk ke Brahman. Ketujuh loka juga menjabarkan makna dari OM dan yang dimaksud ini adalah Sang Brahman itu sendiri, dan bukan yang lain-lainnya, sebenar-benarnya hanya Beliau satu-satunya yang eksis.

23. Demikianlah, ketujuh Vyahrti-S menunjuk, dengan seluruh makna dan isi kandungan mereka, ke arah Sang Brahman, Sang Jati Diri (Atman) dalam kesemuanya.

OM SHANTI SHANTI SHANTI

OM TAT SAT

http://shantigriya.tripod.com/sastra/gayatri/gayatri.htm
Lihat Selengkapnya