Kamis, 12 Maret 2015

Bujangga Waisnawa

Made Beteng Wismaya 24 Januari 2015, pukul 20:03 SENGGU ITU BHUJANGGA Diantara sekian banyak Soroh / Warih / Warga yang ada di Bali, Warga Bhujangga Waisnawa adalah merupakan kelompok keluarga / pasemetonan yang memiliki perjalanan sejarah yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan sejarah keluarga dari keluarga Brahmana yang kemudian mengambil posisi sebagai orang jaba, bahkan dibanyak kesempatan mereka mendapat julukan Senggu. Padahal darah Bhujangga Waisnawa adalah betul-betul mengalir darah Satria Kabrahman. Jadi siapakah sebenarnya Warga Bhujangga itu ? Untuk itu mari kita telaah satu persatu, pengertian antara sebutan “ Senggu “ dan “Bhujangga” sebagai berikut : 1. Senggu a. Kasengguh Sengguh Senggu Menurut kamus bahasa Kawi – Indonesia ( Wojowasito, 1977 ) : Senggah = mengira, menyebut, mendakwa, dihukum Sengguh = kira, sebut, dakwa, hukum Kasengguh = dikira. disebut, didakwa, dihukum Senggu = orang yang dihukum ( oleh raja / pembesar ) dengan menurunkan kastanya menjadi kasta yang paling rendah (orang hukuman). ( Baca Rontal Kundalini, Dwijendra Tattwa, Babad Asu-Asa, dll ). b. Sang Guru Sang Guhu Senggu Warga Bhujangga Waisnawa adalah keturunan Sang Guru Bhujangga, keturunan Pendeta ( Brahmana ) dari Jawa Timur. Perubahan dialek masyarakat merubah ucapan dari Sang Guru menjadi Sang Guhu dan kemudian menjadi Senggu. Tempat tinggal / pemukiman Warga Bhujangga disebut Seunggwan Senggwan ( se = suci; unggwan = tempat. Jadi Senggwan = tempat suci ). Senggu disini berarti Sang Guru Agama. c. Sang Guwung Sang Guhung Sang Guhu Senggu Guwung adalah “ Aksara R “ ( -- ((( , r , Î ), satu–satunya huruf dalam aksara bali yang mendapat tempat istimewa, yakni bisa diatas ( sebagai surang ), ditengah ( sebagai aksara r ), dan bisa dibawah ( sebagai gantungan = guwung ). Sang Guwung artinya pendeta yang boleh muput yadnya : dibawah ( bhuta yadnya, caru ), ditengah ( manusa yadnya ) dan diatas ( dewa yadnya ), serta sekaligus di tiga alam ( pitra yadnya ). 2. Bhujangga a. Berarti Pendeta Dalam Kitab Wirama Nagara Krtagama ( Riana, 2009 ), pada jaman keemasan Kerajaan Majapahit, yang disebut Bhujangga itu adalah para Pendeta / Wiku, semua pendeta. Lihat bagian Wirama 16, sebagai berikut : Sloka 53 “ Kramanika sang bhujangga numareng dirgantara dangu, ……. “ ( tata cara para pandita mengunjungi wilayah-wilayah dahulu,… ) Sloka 54 “ Kunangika sang bhujangga sugata grateki karengo,…..” ( adapun para biksu budha yang terkemuka dikisahkan,……) Sloka 56 “ Karanani sang bhujangga tinitah ri lakwa rasika,…….” ( maka para pendeta yang diperintahkan untuk pergi,…..) b. Berarti Pujangga Warga Bhujangga yang “ muwed” / griya selalu diwarisi berbagai jenis rontal dan kitab-kitab suci, termasuk kekawin-kekawin berbahasa Jawa Kuno. Itu menandakan bahwa Warga Bhujangga adalah warga yang “ nyastra “ / ahli sastra atau Pujangga. Sang Bhujangga = Sang Guru Pujangga = Cendekiawan, ilmuwan, orang pintar. Bhisama Ida Bhujangga Rsi Madura : “ …. yan sang bhujangga tan wruh ring dharma pustaka, sipat sang bhujangga, tuhu burat barit sanaknia sang bhujangga….” ( Ginarsa, 1979 ) c. Berarti Ular Naga Bhu = bumi Ja = berjalan Ngga = badan = dada Bhujangga = mereka yang berjalan dengan badan / dada = melata. d. Berarti Tirtha Amertha Jati Bhu = bhuwana/ bumi / pertiwi Ja = jati = jati utama = jatining tirtha Ngga = mraga = nagasari Bhujangga = “ … iti panegesing bhujangga, nga, lwirnia : bhu, nga, bumi, pertiwi jati; ja, nga, maka jatining tirtha, jati utama; ngga, nga, ika nagasari maka sarining sekar, anyuksemaning tirta jati utama maka perihaning wong kabeh, mwang maka tirtaning wong ala, mwang ayu… ” ( Rontal Kertha Bhujangga ) 3. Waisnawa Berdasarkan Sesana Kertha Bhujangga, Batur Klawasan Petak : Rsi = resik, suci Wis = telah; Nawa = nawang; a. Waisnawa sebagai Sekta Sekta adalah faham agama yang memusatkan pemujaannya kepada dewa atau dewi tertentu, seperti pemujaannya kepada Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Brahma, Sri Rama, Krishna dan lainnya, atau pada para sakti-Nya seperti Dewi Sri, Uma, Saraswati, Durga dan lain sebagainya. Pada jaman modern di India ( Sara Sastra 2007 ), Sekta Waisnawa melahirkan penganut–penganut Waisnawa yang pemujaannya juga berbeda-beda dan dengan konsep yang berbeda-beda pula, antara lain : pemuja Rama, Krishna, Narasinga, Dewi Laksmi, Radha, Anoman, Chatanya, Gaudiya dan Haree Rama Haree Krishna ( Krishna Balaran ). Di Bali pada Jaman Kerajaan Bali, berkembang 9 sekte agama, antara lain : Saiwa, Pasupata, Bhairawa, Waisnawa, Sogata / Bodha, Brahma, Rsi, Sora Surya dan Ganapatya. b. Waisnawa sebagai Faham Pada jaman purana di India, konsep Waisnawa tidak hanya melakukan pemujaan kepada Wisnu sebagai Dewa Utama ( Tuhan Tertinggi), namun duyakini bahwa Iswara atau Siwa adalah merupakan “ Aku” nya Wisnu. Lihat sloka dibawah ini : A yo’ pi sanna wyayatama, bhutanan iswanto’ pi san, prakrtim swam adhistaya, sambhawamy atmamayaya. ( Bhagawad Gita V.6 ). ( walaupun aku tak terlahirkan kekal, aku adalah Iswara dari semua mahluk, aku menjadikan diri-Ku sendiri, dan menjadi lahir dengan kekuatan maya-Ku.) Faham Waisnawa terdiri dari sekte Waisnawa Gama ( Tantrik ) dan Waisnawa Wedanta yang saling bertentangan. Faham Waisnawa Gama masuk ke Indonesia ( Bali ) yang berbaur / saling mempengaruhi dengan Faham Tri Murti, memunculkan Faham Siwa Siddhanta yang dianut oleh umat Hindu Indonesia ( Bali ) sampai sekarang, yang tidak lagi memusatkan pemujaannya pada Dewa – Dewi tertentu saja, tetapi melakukan pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa ( Tuhan ), melalui Sinar Suci–Nya ( Dewa-dewa Utama ) serta kepada Sakti–Nya ( sarwa Dewa – Dewi ). ( Sara Sastra 2007 ). “ Om iswara, maisora, brahma, rudra, mahadewa, sangkara, wisnu, sambu, sadasiwa bina tunggal, sira tuhu dewa manusa. Om sri ya we namo namah swaha. ( Rontal Purwa Bumi Tuwa ) 3. Ida Rsi Bhujangga Berbagai penafsiran tentang keberadaan Ida Rsi Bhujangga diberikan oleh berbagai kalangan, yang tertulis diberbagai lontar, maupun naskah-naskah penelitian para ahli sejarah, baik dalam maupun luar negeri. Ternyata tafsir-tafsir yang diberikan selalu berbeda-beda, sesuai dengan kepentingan dan pemahaman penulisnya. Beberapa kutipan lontar dan tafsir para peneliti, sebagai berikut ini : a. Sebagai Sang Trini Sang Trini adalah sebuah konsep Siwaistis, yang di Bali dikenal sebagai faham Siwa Siddhanta yang tergabung dari tiga unsur, yaitu Tri Purusa, Siwa, Sadasiwa dan Paramasiwa. Dalam pemahaman sekala, kemudian Sang Trini dimanifestasikan menjadi Tri Sadaka yang terdiri dari : Sang Brahmana Siwa ( Pedanda ), Sang Bodda ( Pedanda Bodha ) dan Sang Bhujangga (Rsi Bhujangga). Beberapa rontal menyebutkan sebagai berikut : “ ….. Ika Sang Trini ngarania, luirnia : Siwa, Sadasiawa , mwang Paramasiwa …….. “ ( Ginarsa, 1979 ) “ …. Sang Trini : Sang Siwa, nga Brahmana, Sang Sadasiwa, nga Boda, Sang Paramasiwa, nga Bhujangga ………. “ ( Rontal Bancangah Maospahit ) “ ….. iti Tri Lingga Sasana, nga, eka tri undaginia, jatinia : maka panuha Ida Sang Brahmana Siwa, pamade Sang Bodda, kapitut Sang Guru Bhujangga, nga. Ika ta mawak Tri Lingga, ….. “ ( Rontal Tri Lingga Siwa Sasana ) b. Sebagai Pendeta Sudra C. Hooykas dan R. Goris, peneliti kebangsaan Eropa, cenderung menyampaikan bahwa Warga Bhujangga itu tidak ada atau sudah lina. Penafsiran Rontal Kundalini, Rontal Dwijendra Tatwa, Rontal Babad Asa-asu bahwa Ida Rsi yang sekarang adalah keturunan I Kelik atau I Guto, juru pikul Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh ( Sara Sastra, 2007 ), yang disengguh menjadi Senggu, yang tugasnya adalah pamehayu jagat ( mecaru ) yang letaknya di Pertiwi ( dibawah ). Oleh karena, pendeta pemuput caru tempatnya adalah dibawah ( dicacaran caru ) dan tidak perlu memakai Bale Pawedaan. Penafsiran ini sangatlah tendensius karena tidak memperbandingkan tahun kejadian antara keberadaan Ida Bhujangga rsi dengan I Kelik. c. Pendeta Pengusir Setan Dalam buku Surya Sevana ( Hooykaas, 2004 ) tertulis : “ …. naskah Argha-patra Bonbiu berdasar pada Gegelaran Pujan Gede Bhujangga, dalam hal ini diambil dari pemujaan yang dilakukan oleh pandita pengusir setan. Sebelum membaca ritualnya yang disebut Purva Bhumi, yang termasuk tipe pandita dan melakukan pemujaan mengusir setan yang didahului dengan bajra-senguhu, …….. ”. “…. Pandita pengusir setan adalah Purohita, pandita istana pemerintah Gianyar yang bertempat di Griya Sadawa ……..”. Disini barangkali penulisnya sangat kesulitan mencari padanan kata “ Bhuta Kala “ kedalam bahasa Indonesia. Jadi Bhuta dipadankan dengan Setan. Penulis : Guru Mangku Ir. Made Beteng Wismaya Moncol Maha Warga Bhujangga Waisnawa Kabupaten Buleleng Ketua III PHDI Kabupaten Buleleng Komen : • Sastra Bali Legenda : Ron-Ental, Sang/Sing/Sung/Sang/Ung Namaha, Ung-kur, Ung-Vishnu Ya Namaha, Ung-kara, Astu-Ungkara, Ung-gah, Sa-Ung-gah (SaUngGah/Sanggah), Ung-teng, U, U-deng, U-lah (U-sir), U-nduh, U-nteng, U-rip (U-sia), U-pah, U-rug, U-mah, U-ntu, U-tsaha, U-kir, U-ndagi, U-lun, U-lan, U-ntab, U-ttara, U-pah, U-lap, U-kud, U-sap, U-ug, U-Lar, U-bun, U-ber, U-ttari, U-ma, U-bad, U-ku, | Gar-U-Da. OM Shanti. • Putu Suryawan Wisnawa Gr sastra@ ampure tyang ten ngerti, napi artine,,? • Rai Suparta Nah ...... yang begini tyang jakti tunggu2, jeg mekelo sajan pengelingsir tyange Gr Made Beteng Wismaya ten purun2 ngewedar sastra pemungkasne,...Suksma Ru.....raris lanturang, tyang menyimak serius niki. • Guru Kompyang Rupa Niki wawu medal danurdara guru mangku sane merupa gni astra. Anggen nibakin ipun i celeng sane ngoda petapan sang arjuna. • Made Beteng Wismaya Guru Rai, Guru Kompyang, komenin dong, sampunang muji" terus, bisa gede kepala tiang ru, padahal belog olog". • Rai Suparta Hahaha... tyang merasa paling jago komen dg logika Ru...tapi indik niki Guru bikin tyang mati kutu krn tdk ada ilmunya sama sekali. Tapi tyang yakin Guru Kompyang Rupa pasti masih banyak simpenan pengetahuan yang terkait dengan nike, durus Gr Kompyang sambung akedik ....pang wenten taler wawasan tyange diastun ten sempurna. Suksma • Guru Kompyang Rupa Sampun sami medaging manut kadi manah tty ru mangku Made Beteng Wismaya, sareng guru Rai Suparta sami sampun medasar antuk sastra,ten wenten malih panggihin tty ru. • Made Beteng Wismaya Beh pocol tiang puk, ten polih ajah" saking guru"ne wikan. Qiqiqiqi Guru Kompyang Rupa Yaning ring Wirama sane panggihin tty wastan wirama Bhujaga, sane ngangge suku kata aksara 18 sd 20 aksara. Iramanya seperti ular berjalan manut kadi guru lagu nyane, yaning ring wirama wenten mekudang kudang wirama sane wenten.inggyan punike. Sronca, basantatilaka, sardula wikriditha, prethiwitala. Malini, Aswalalitha, Sarisi, Rajani, Totaka, Sragdara, Wirat, Tebusol, Kalelengang, Kilayumanedeng, wenten malih wirama sane tiyosan. Sakewanten risejwroning reng puja astawa mantram ring Bali ngangge reng Sardula. Dalam perkembangan Hindu mangkin begitu Akeh irama mantra ngangge irama pembacaan sloka India, bahkan tty pernah mendengar mantram Mretyunjaya menggunakan irama dangdut sedikit. Heeeeeee. • Made Beteng Wismaya hehehehe naka pada ngisinin demen ru, sekadi irama nguncarang puja Trisandya, nganggo demen hati soang". padahal pendekatan Bali dan India itu sangat berbeda. Yening ring India samian irama suka cita, dodosne rame, nanging yening ring Bali samian ngangge pendekatan shanti, alon" tur penuh perasaan, seakan menikmati kedamaian. Kenten kocap. • Made Raka Sudirga . Dari 9 sekte yg ada d Bali pada jaman Dinasty Warmadewa ygmanakah Waisbawa.? • Made Raka Sudirga . Pada jaman Airlangga (1019-1042) ada 4 sekte yg sangat dilindungi oleh Airlangga. Airlangga membawa ajaran waisnawa daei Bali diantar oleh orang kepercayaan Ayahnya yg di bernama Narotama. Saat Airlangga menjadi Raja Narotama diangkat menjadi Kryan Kanuruhan. Dan setelah mengakhiri pemerintahannya Airlangga didiksa olem Mpu Beradah dengan Bhiseka Rsi Gentayu; tapi didalam serat Calonarang bebeliau dikenal denga Rsi jatiningrat Pada jaman pemerintahabbya ada 4 agama yg menonjol yaitu Waisnawa; Sogata/Buddha (istrinya dari Sri Wijaya beragama Buddha) da Rsi atau Maha Brahmana. Dari uraian diatas Tty menangkap Waisnawa yg dimaksud adalah Waisnawa Tantra; sedang Agama Rsi adalah Ajaran Waisnawa Wedanta yg hanaya dianut oleh para pendeta Rsi yg hidup dipesraman serta taat sekali menjalani Brata; Pendeta yg Satya Brata; sehingga juga disebut Maha Brahmana. Jadi Air langga adalah Rsi Wedanta alias Maha Brahmana. • Guru Mangku Sudarta menyimak Guru Mangku Made Beteng Wismaya ..suksme pencerahannya.... Made Raka Sudirga . Dugaan Tty yg dimaksud dengan Filsafat Kehidupan Manusia oleh akhli sejarah Pitono adalah Panca Yama dan Niyama Brata. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

4 komentar:

  1. Betuuull.. Guru. Tapi tyang sangat berharap, warga BHUJANGGA jangan sekali-kali mengaku BHUJANGGA kalau dia sendiri tidak melaksanakan ajaran agama HINDU/WEDA dalam praktek hidup keseharian. Agama sekedar pajangan KTP tapi pelaksanaannya NOL. Contoh : Seorang WAISNAWA tidak akan memakan makanan dari hasil pembunuhan makhluk hidup lain. faktanya banyak warga BHUJANGGA WAISNAWA yang suka makan daging sapi, babi atau ayam, bebek, padahal seorang WAISNAWA itu adalah sahabat bagi makhluk hidup lain, koq malah makhluk hidup lain dibunuh lalu dimakan dagingnya. Jadi salah satu ajaran PANCA NIYAMA BRATA (AHARALAGAWA) benar-benar diterapkan dalam hidup sehari hari termasuk tidak berjudi, berzina, mabuk miras, dll. Tapi saya ketahui banyak warga Bhujangga Waisnawa yang melakukan hal-hal tersebut.

    BalasHapus
  2. Pembinaan dan pencerahan warga BHUJANGGA WAISNAWA harus dilakukan dengan BAIK dan KONSISTEN agar tidak percuma mengaku warga BHUJANGGA WAISNAWA tapi tidak tahu ajaran HINDU/WEDA dan tidak melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. malahan melanggar ajaran weda dengan makan daging, ikan telor, minum miras, berjudi, berzina, merokok, ngopi, ngeTEH. Seorang WAISNAWA tidak akan melanggar pantangan itu sesuai ajaran AHARALAGAWA dalam PANCA NIYAMA BRATA

    BalasHapus
  3. Kalau semua orang seperti anda,bagus tuh. Se x an buat bayar utang negara. Dan smua orang akan kaya// gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama

    BalasHapus