Kamis, 12 Maret 2015

UPAKARA CARU

Ida Pandita Dukuh Celagi UPAKARA CARU Upakara Caru adalah salah satu dari bagian upakara Bhuta Yadnya sebagai salah satu sarana untuk melaksanakan Sradha dan Bhakti umat Hindu khususnya umat Hindu di Bali. Upakara Caru memiliki beberapa makna dan fungsi yaitu : 1. Upakara Caru sebagai sarana untuk menetralisir kekuatan-kekuatan alam yang bersifat buruk yang dapat menghilangkan keseimbangan hidup antara manusia dengan alam disekitarnya sehingga muncul dimuka bumi bermacam-macam kejadian yang dapat menyengsarakan kehidupan manusia. 2. Upakara Caru sebagai sarana bahasa pengantar dari atmanastuti Umat Hindu di Bali sehingga umat Hindu di Bali dapat terhindar dari katagori Kafir, (sebagai simbul Bahasa Weda). 3. Upakara Caru sebagai sarana penyucian pada Tri Bhuwana ini sehingga proses ekosistem alam ini dapat lestari, seimbang dan berkesinambungan. 4. Upakara Caru sebagai sarana penyupatan terhadap makhluk-makhluk lain, agar makhluk yang disupat dapat meningkatkan kwalitas hidupnya pada kehidupannya dimasa mendatang. 5. Upakara Caru sebagai sarana peleburan dosa-dosa umatnya, karena mendapat kesempatan untuk berbuat kebajikan melalui berkorban suci. 6. Upakara Caru adalah sebagai sarana untuk memohon restu kehadapan Sang Hyang Widhi atas apa yang dimakan oleh umatnya adalah atas ciptaan Beliau. Demikianlah beberapa fungsi dari pelaksanaan upacara pecaruan bagi umat Hindu khususnya umat Hindu di Bali. Pembuatan upakara Caru ini adalah berdasarkan atas konsep "Tri Matra" yaitu : 1. Bhuta Matra ; Yang dimaksud dengan Bhuta Matra adalah melaksanan proses keharmonisan dialam semesta ini salah satunya melalui pelaksanaan upacara pecaruan. 2. Prana Matra ; Prana Matra adalah melaksanakan proses keharmonisan pada Alam Prana (embang) salah satunya melalui pelaksanaan upacara pecaruan. 3. Pradnya Matra ; Yang dimaksudkan dengan Pradnya Matra adalah melaksanaka proses keharmonisan pada Alam Luar Angkasa (langit) salah satunya melalui pelaksanan Upacara pecaruan (Lontar Aji Somya Mandhala). Dengan demikian maka alas dari olah-olahan carunya adalah memakai Sengkwi dengan anyaman (ulatan) daun kelapa tua (selepan) pelepahnya 9 helai sebagai simbul Bhuta Matra, dan letaknya pada upakara caru tersusun dari bawah setelah pengerekan nasinya, dengan sebutan dalam tetandingan disebut "Pajegan", berisi tetandingan lawarnya sebagai berikut: 1. Lawar merahnya diletakkan pada bagian kanan dari yang metanding, adalah sebagai simbul kekuatan "Kala". 2. Lawar hijau (gadang) diletakkan pada bagian kirinya adalah sebagai simbul kekuatan Bhuta". 3. Lawar berwarna putih diletakkan diatas antara lawar merah dengan hijau, adalah sebagai simbul kekuatan "Durga". Tetandingan yang diatas adalah tetandingan yang disebut "Tri Kona" (memakai sarana binatang ayam). Perhitungan sate pajegannya adalah sebagai berikut : Memakai 3 jenis sate yaitu, sate lembat sebagai simbul Kala, sate Galon sebagai simbul Bhuta dan sate serapah sebagai simbul Durga, dengan perhitungannya : Tiga jenis sate tadi diikat dijadikan satu, menjadi satu pesel, dan banyak pesel yang dibuat tergantung dari uripnya (sate pajegan). Kemudian membuat tetandingan yang kedua berada diatas tetandingan pajegan, yang disebut tetandingan "Bayuhan", dengan tetandingannya dialas dengan sebuah sengkuwi dengan ulatan 7 helai sebagai simbul Prana Matra. Tetandingan lawarnya dengan warna dan posisi tempatnya sama dengan tetandingan pada pajegan hanya satenya satu jenis saja (sate lembat) yang jumlahnya tergantung uripnya. Selanjutnya diatas tetandingan bayuhan tersebut dibuat tetandingan lagi yang disebut tetandingan "Ketengan", mengenai alasnya memakai sengkuwi juga namun dengan ulatan, 5 helai sebagai simbul Pradnya Matra. dengan tetandingan lawarnya sama seperti diatas hanya memakai sate satu jenis (sate lembat) dan hanya 1 katih saja. Kemudian diatas tetandingan ketengan ini ditutupkan kubangannya (Belulangnya). Demikian cara merangkai olah-olahan caru dengan sarana unggas, ayam, segala betuk caru ayam. CARA MERANGKAI BANTEN CARU Dibawah ini diberikan contoh cara merangkai banten caru Ayam Brumbun. Kenapa kami memberikan contoh cara merangkai banten caru ayam brumbun?. Karena caru ini merupakan inti dari banten Caru dan dari Caru Ayam Brumbun ini berkembang menjadi caru-caru yang lainnya seperti caru Panca Sata. Panca Musika, dan lain-lainnya. Tetandingannya adalah sebagai berikut : 1. Pertama kali ambil sebuah ngiyu, kemudian didalam ngiyu tersebut diisi 5 buah taledan dengan posisi tempatnya, dibagian timur satu, dibagian selatan satu, dibagian barat ditaruh satu, dibagian utara ditaruh satu, di tengah-tengahnya satu. Selanjutnya pada masing-masing Taledan tersebut diisi raka-raka (pisang, tebu, jajan, porosan silih asih) yang diletakkan dibagian hulunya (pada ujung taledan yang menghadap keluar) serta diisi rerasmen dengan tempatnya kojong rangkat, yang letak rerasmenya sebagai berikut : * Sambal dan garam diletakkan pada kojong kanan. * Ikan-ikan, telur diletakkan pada kojong tengah * Saur, kacang, mentimun, dan terong diletakkan pada kojong kiri Setelah semua berisi rerasmen barulah mulai mengatur untuk mengisi untek (tumpeng kecil) dengan aturan sebagai berikut : 2. Pada taledan yang berada dibagian timur, diisi nasi untek berwana putih sebanyak 5 buah untek, dan memakai satu sampian pusung. 3. Pada taledan yang berada dibagian selatan, diisi nasi untek berwarna merah, sebanyak 9 buah untek, memakai satu sampain pusung. 4. Pada taledan yang dibagian barat, diisi nasi untek berwarna kuning sebanyak 7 buah untek, memakai satu sampian pusung. 5. Pada taledan yang berada dibagian utara, diisi nasi untek berwarna hitam sebanyak 4 buah untek, memakai sampain pusung juga. 6. Pada taledan yang berada ditengah, diisi untek berwarna brumbun sebanyak 8 buah untek berisi sampian pusung. 7. Kemudian membuat nasi pengerekan berwarna brumbun beibentuk menyerupai wujud ayam, dialas dengan daun telujungan pisang udang sabha (muncuk daun pisang) dan diatas nasi pengerekan itu disusunkan 8 buah kwangen, kemudian nasi pengerekan tersebut ditumpukan pada taledan yang berisi untek brumbun yang letaknya di tengah. 8. Selanjutnya diatas nasi pengerekan tersebut disusunkan olah-olahan ayam brumbun yang sudah lengkap dengan belulangnya. 9. Selanjutnya diatas olahan itu ditumpuk dengan segehan sasah brumbun, kacang saur, sebanyak 8 celemik dialas dengan sebuah taledan. 10. Diatas segehannya ditumpuk sebuah taledan lagi sebagai tempat keben-kebenan yang berjumlah 8 buah (sesuai dengan urip Caru) dengan setiap kebennya diisi nasi berumbun, kacang saur, serta diatas keben-kebennya ditumpukkan dengan Cawu berisi nasi berumbun kacang saur berjumlah 8 buah. 11. Selanjutnya paling atas ditumpukkan dengan banten gelar sanga dengan tetandingannya sebagai berikut : - Dialas dengan sebuah taledan, serta pada hulu taledannya diisi raka-raka, porosan, sampian plaus. - Pada tengah-tengah taledannya diisi sarana (eteh-eteh daksina), kecuali telur dan kelapa (beras, porosan, wang kepeng, satu kepeng tingkih, pangi, pepeselan, dan gegantusan). - Diluar eteh-eteh ini, diletakkan celemik sebanyak 9 buah dengan posisi tempatnya melingkar (sesuai dengan'pengideran) dengan setiap celemik berisi nasi brumbun, kacang saur, dan sate gelar sanga lebeng asibak dengan posisi letaknya tangkainya ke tengah, lalu diatasnya disusunkan canang sari. Posisi letak satenya, juga mengarah kesegala penjuru sesuai dengan pengideran, dan tangkai satenya menghadap kedalam. Selanjutnya paling atas diisi sebuah canang sari, dan gelar sanga tersebut ditaruh pada susunan caru paling atas. Dengan demikian selesailah sudah merangkai banten Caru Ayam Brumbun. CARA MENATANYA a. Pertama-tama yang dilakukan adalah menata Banten Ayaban carunya yang letaknya lebih tinggi dari tempat penataan caru. b. Kemudian menata Banten Carunya sebagai berikut : * Pertama-tama menancapkan Sanggah Cucuk terlebih dahulu karena Sanggahnya yang menjadi pedoman hulu. Pada sanggahnya digantungkan lamak sampain, dan sepasang sujang yang berisi arak dan berem. * Pada Sanggahnya diisi banten Soda. * Kemudian dibawahnya (ditanah) diletakan seperangkat banten pejati, banten suci alit asoroh, yang menjadi hulu banten Caru tersebut. * Selanjutnya pada samping kanan dari caru diletakan seperangkat banten pengulapan, beserta alat bunyi-bunyian (Prakpak, sapu, tulud, kukul). Demikianlah cara menata upakara caru pada saat melaksanakan upacara pecaruan baik dalam proporsi besar, sedang dan kecil. PETUNJUK Dibawah ini kami memberikan beberapa petunjuk bagi umat yang senang menekuni tentang pembuatan upakara, khususnya pada upakara Caru, apabila berkeinginan merangkai upakara Caru yang memiliki proporsi yang lebih besar seperti upakara Caru Panca Sata, atau upakara caru Panca Musika ikutilah ketentuan sebagai berikut : Apabila umat akan merangkai upakara Caru Panca Sata, kembali melihat pada banten caru ayam berumbun diambil taledannya yang berisi untek yang wama putihnya dikeluarkan dari ngiyu, kemudian diletakkan dibagian timur, selanjutnya dibuatkan nasi pengerekan putih berbentuk menyerupai ayam putih, dan diatas pengerekannya diisi kwangen 5 buah dan pengerekan itu ditumpukan diatas nasi unteknya tadi. Selanjutnya diatas nasi pengerekan tersebut disusunkan dengan olah-olahan ayarn putih, tulus, dan diatas olahan tersebut disusunkan sebuah taledan lagi berisi segehan sasah putih sebanyak 5 buah, serta diatas segehan disusunkan sebuah taledan berisi keben-kebenan yang berisi nasi putih kacang saur, sebanyak 5 buah dan diatas kebennya disusunkan cawu juga berisi nasi putih, kacang saur sebanyak 5 buah, dan kemudian paling atas disusunkan dengan gelar sanga yang wama nasinya juga putih lengkap dengan sate, demikian selanjutnya pada caru lainnya. MEMBUAT OLAHAN CARU DENGAN UNGGAS (ITIK/ANGSA) Pembuatan olahan caru dengan unggas itik, selalu berdasarkan ketentuan Tri Matra, sedangkan perhitungan tentang macam olahan dan satenya dalam perhitungan Catur Jadma, yaitu olahan 4 (empat) macam, yaitu : 1. Olahan warna putih (soger) sebagai simbul Durga, 2. Olahan warna merah (lawar) sebagai simbul Kala, 3. Olahan warna kuning (penyon) sebagai simbul Paisaca, 4. Olahan gadang (daun-dauan) disebut gegode sebagai simbul Bhuta. Sedangkan macam satenya juga 4 (empat) macam, yaitu : 1. Sate lembat sebagai simbul kekuatan Durga, 2. Sate Galon sebagai simbul kekuatan Bhuta, 3. Sate Serapah sebagai simbul kekuatan Kala 4. Sate Asem sebagai simbul kekuatan Paisaca. CARA MERANGKAI 1. Olahan Pajegan a. Olahannya : Dialas dengan sebuah sengkui dengan ulatari 9 (sembilan) helai, diatasnya diisi olahan dengan posisi tempat sebagai berikut : a. Olahan warna putih (soger) diletakkan pada posisi kanan atas b. Olahan warna merah (lawar) diletakkan pada posisi kanan bawah c. Olahan gadang (gegode) diletakkan pada posisi kiri atas d. Olahan kuning (penyon) diletakkan pada posisi kiri bawah Melihat dari posisi tersebut, dapat memberikan gambaran sebagai bentuk swastika, sebagai kekuatan penyomia (kekuatan Mudra) b. Perhitungan satenya : Sate 4 (empat) macam itu, diikat dijadikan satu ikatan, kemudian banyak ikatannya tergantung uripnya, seperti contoh, caru itik belang kalung yang letaknya ditengah memiliki perhitungan urip pengideran yaitu urip 33, dengan demikian tetandingan pajegannya adalah sebagai berikut : Setelah sengkui berisi olah-olahan dengan posisi seperti tersebut diatas, maka diisi satenya sebanyak 33 ikat. 2. Olahan Bayuhan Mengenai tetandingan bayuhannya, memakai alasnya sebuah sengkui dengan ulatan 7 helai, dengan macam dan posisi tempat olahanriya sama, tetapi memakai satenya hanya satu macam sate macam saja (sate lembat) dan jumlahnya tetap perhitungan urip 33, sehingga diisi satenya sejumlah 33 katih. 3. Olahan Ketengan Mengenai tetandingan ketengannya, juga/alasnya memakai sebuah sengkui dengan ulatan 5 helai daun kelapa tua diisi olahan yang macam dan posisi tempatnya sama, dan berisi sate 3 katih (sate lembat). Kemudian diatas tetandingan ketengan inilah belulangnya di tutupkan dan selanjutnya dirangkai dengan ethika olahan pajegannya paling dibawah, kemudian diatas itu baru olahan bayuhan, dan yang paling atas adalah olahan ketengan dengan belulangnya. MEMBUAT OLAHAN CARU BINATANG (CATUR PADA) Cara membuat olahannya, selalu mengikuti aturan Tri Matra, namun rnembuat olahan adalah lima macam olahan yang disebut Panca Kona, yaitu: 1. Olahan warna putih (soger) sebagai simbul kekuatan Durga 2. Olahan warna merah (lawar) sebagai simbul kekuatan Kala 3. Olahan warna kuning (penyon) sebagai simbul kekuatan Paisaca 4. Olahan warna gadang (gegode) sebagi simbu) kekuatan Bhuta 5. Olahan wama campuran (prembon) sebagai simbul kekuatan Raksasa Sedangkan pembuatan satenya juga sama yakni 5 (lima) macam sebagai berikut: 1. Sate lembat sebagai simbul kekuatan Durga 2. Sate Calon sebagai simbul kekuatan Bhuta 3. Sate Serapah sebagai simbul kekuatan Kala 4. Sate Asem sebagai simbul kekuatan Paisaca 5. Sate Kablet sebagaia simbul kekuatan Raksasa CARA MERANGKAI : 1. Olahan Pajegan Dialas dengan sebuah sengkui dengan ulatan 9 helai daun. kelapa tua (selepan) diatasnya diisi olahan dengan posisi sebagaia berikut ; 1. Olahan warna putih (soger) diletakkan pada posisi kanan atas 2. Olahan warna merah (lawar) diletakkan pada posisi kanan bawah 3. Olahan warna gadang (gegode) diletakkan pada posisi kiri atas 4. Olahan warna kuning (penyon) diletakkan pada posisi kiri bawah 5. Olahan warna campuran (prembon) diletakkan pada posisi di tengah-tengah a. Perhitungan jumlah sate pajegan Jumlah satenya sama seperti diatas, hanya disini memakai sate lima macam diikat dijadikan satu ikatan, sebagai contoh caru binatang kambing memiliki urip 77, maka sate pajegamrya berjumlah 77 pesel, dengan olahan seperti yang dijelaskan di atas. b. Perhitungan sate bayuhan Dengan olahan yang sama, dan memakai sate satu macam (sate lembat) dengan jumlah 77 katih. c. Perhitungan sate ketengan Dengan olahan sama, dan memakai sate satu macam, juga dengan jumlah satenya 77 katih kemudian ditutupkan dengan belulangnya. CATATAN 1. Mengenai pengolahan caru yang sangat penting diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Urip dan arah dari caru b. Jenis binatang yang dipakai caru, apakah itu ayam, itik, binatang berkaki empat (catur pada) c. Memperhatikan tentang perhitungan tri matranya diantaranya : - Tri Kona - Catur Jadma Panca Kona Berpegangan dengan ketentuan Tri Matra ini maka, perhitungan jumlah sate dan olahannya tergantung dari urip dan arah peletakan carunya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan tentang pembuatan olahan caru berdasarkan petunjuk sastra-sastra agama Hindu yang ada di Bali, dengan harapan agar dapat dipakai pedoman dimasa-masa mendatang. 2. Untuk wewalungan suku pat (kaki empat) disamping sate yang sudah disebutkan diatas ditambah lagi sebuah rangkaian caru sebagai puncaknya yang disebut sate Asta Baya yang terdiri dari : 1. Sate Akasa 2. Sate Pertiwi 3. Sate Watang 4. Sate Lembat 5. Sate Asem 6. Sate Japit 7. Sate Gunting 8. Sate Kuwung Sate ini melambangkan delapan (8) kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi sebagai manisfestasi penguasa Asta Loka Pala. TETANDINGAN CARU EKA SATA : Pada umumnya tetandingan Caru Eka Sata dilengkapi dengan hal2-hal sebagai berikut : Sebagai dasarnya digunakan nyiru, yang diatasnya diisi taledan, raka-raka selengkapnya. Nasi 5 ceper, masing-masing berisi sekebis raka-raka. Dengan sampyan plaus bunder yang masing-masing berisi : - 1 ceper berisi 5 tumpeng putih dengan 5 buah porosan diikat benang putih. - 1 ceper berisi 9 tumpeng merah dengan 9 porosan diikat benang merah. - 1 ceper berisi 7 tumpeng kuning dengan 7 buah porosan diikat benang kuning. - 1 ceper berisi 4 tumpeng selem dengan 4 buah porosan diikat benang selem. - 1 ceper berisi 8 tumpeng brumbun dengan 8 buah porosan diikat benang 4 warna. Dua sampyan pusung yang dijahitkan sampyan gantung-gantungan, diatasnya diisi raka-raka, sasedep dengan warna tersebut diatas. Benang dan berasnya putih. Penyeneng teenan padma dan coblong. Daksina dengan anaman kelanan. Sengkwi maikuh mekampid lelima. Berisi ebat2ebatan dengan jumlah satenya sebanyak 33 katih. Satu tanding pebresihan payasan, satu soroh tulung sayut. Diatas sengkwi diletakkan belulang ayam brumbun, diberi 4 potong kain warna putih, merah, kuning dan hitam. Selanjutnya 5 buah kwangen ditusuk, 5 buah canang antuk kwangen, 1 tanding canang untuk daksina, 1 tanding canang untuk tipat, 1 tanding canang diatas raka-raka. Jadi perlu 8 buah canang. Nasi lis dan 1 pajeg lis amu-amuan. 1 sange urip. Didalam pelaksanaannya, caru ini tidaklah berdiri sendiri. Bila ingin membuat upacara atau upakara caru eka sata atau caru siap brumbun, maka caru ini mempunyai banten eedan lagi sebagai berikut : - 1 soroh suci. - 1 soroh gelar sanga. - 2 soroh sesayut pengambian. - 1 soroh byakala. - 1 soroh durmangala. - 1 soroh pangulapan. - 1 soroh prayascita. - Tetimpug. - Sanggah cucuk. - Segehan. - Tetabuhan arak brem. TETANDINGAN CARU MANCA SATA : AYAM PUTIH : - Sengkwi 5 ulatan, dibangun hulu ditempatkan suci pras daksina, selanjutnya diatas sengkwi ditata diisi dengan karangan kawisan, bayuhan 5 tanding dan nasi tumpeng putih sepuluh bungkul (5 dandan), ketengan berisi 5 tangkih ajengan sasah putih lengkap dengan lauknya. Segehan cacahan 5 tanding, cau dandan 5 biji bergandengan menjadi satu berisikan nasi putih lengkap dengan lauknya, takep-takepan 5 biji, tumpeng putih 5 biji lengkap dengan ruintutannya, klatkat berisi don tlunjungan berisikan laying-layang ayam putih tulus, kain warna putih, kwangen 1 biji dengan sesari 5 keteng, dibagian sisi caru tersebut dilengkapi dengan banten pangulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM BIYING : - Sengkwi 9 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras, daksina. Pada bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 9 tanding, nasi tumpeng barak 9 dandan (18 biji), ketengan berisikan 9 ajengan sasah merah dan lauknya, segehan cacahan barak 9 tanding, cau dandan 9 biji bergandengan menjadi satu berisikan nasi merah lengkap dengan kelengkapannya, tulung sangkur 9 biji berisikan nasi barak dan lauknya, takep-takepan 9 biji, tumpeng barak 9 biji lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don tlunjungan berisikan layang-layang ayam biying, kwangen dengan sesari 9 keteng, disisinya caru diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM PUTIH SYUNGAN : - Sengkwi 7 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras, daksina. Pada bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 7 tanding, nasi tumpeng kuning 7 dandan (14 biji), ketengan berisikan 7 ajengan sasah kuning dan lauknya, segehan cacahan kuning 7 tanding, cau dandan 7 biji bergandengan menjadi satu berisikan nasi kuning lengkap dengan kelengkapannya, tulung sangkur 7 biji berisikan nasi kuning dan lauknya, takep-takepan 7 biji, tumpeng kuning 7 biji lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don tlunjungan berisikan layang-layang ayam putih syungan, kwangen dengan sesari 7 keteng, disisinya caru diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM HITAM : - Sengkwi 4 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras, daksina. Pada bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 4 tanding, nasi tumpeng hitam 4 dandan (8 biji), ketengan berisikan 4 ajengan sasah hitam dan lauknya, segehan cacahan hitam 4 tanding, cau dandan 4 biji bergandengan menjadi satu berisikan nasi hitam lengkap dengan kelengkapannya, tulung sangkur 4 biji berisikan nasi hitam dan lauknya, takep-takepan 4 biji, tumpeng hitam 4 biji lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don tlunjungan berisikan layang-layang ayam hitam kwangen dengan sesari 4 keteng, disisinya caru diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM BRUMBUN : - Sengkwi 8 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras, daksina. Pada bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 8 tanding, nasi tumpeng brumbun 8 dandan (16 biji), ketengan berisikan 8 ajengan sasah brumbun dan lauknya, segehan cacahan hitam 8 tanding, cau dandan 8 biji bergandengan menjadi satu berisikan nasi brumbun lengkap dengan kelengkapannya, tulung sangkur 8 biji berisikan nasi brumbun dan lauknya, takep-takepan 8 biji, tumpeng brumbun 8 biji lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don tlunjungan berisikan layang-layang ayam brumbun kwangen dengan sesari 8 keteng, disisinya caru diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng.

2 komentar:

  1. @ANITA DI PADANG : anda tampaknya manusia yang tingkatannya jauh sangat rendah dari binatang. udah menganggu blog orang lain, malah komen tentang pesugihan, semoga anda habis dimakan pesugihan anda. om santhi, santhi, santhi om

    BalasHapus