Kamis, 12 Maret 2015

Upacara Kelahiran (Jatakarma Samkara )

Ida Pandita Dukuh Celagi Upacara Kelahiran (Jatakarma Samkara ) Upacara ini dilakukan oleh keluarga yang mempunyai anak, sebagai pemangku wajib memberikan tuntunan terhadap beberapa pelaksanaan yang harus dilaksanakan pada saat kelahiran seorang anak seperti : proses mreteka ari-ari dan beberapa upakara yang harus dipersiapkan baik untuk dihaturkan kepada hari-hari maupun kepada si bayi. Pada saat bayi baru lahir sesudah dimandikan kewajiban dari keluarga terutama si ayah agar membisikan mantra Gayatri keteliga si bayi sebanyak tiga kali, supaya bayi tersebut selalu mendapatkan perlindungan . Untuk proses ari-ari agar sebelumnya ari-ari (plasenta ) tersebut dimandikan /dicuci bersih, telah bersih ari-ari tersebut diletakkan pada tempat priyuk tanah yang berisi penutup sebelumnya priyuk tersebut dicuci dan pada dasar dalam priyuk di tulis aksara : OM ANG AH sedangkan pada penutupnya ditulis aksara Omkara, setelah itu plasenta dimasukan kedalam priyuk tadi dengan posisi yang baik dan didalamnya diisi seperti rempah-rempah, bunga-bunga wangi, sedah selasih, lekesan, kawangen dengan jinah 11 keteng, lontar yang panjangnya asangsang gulya dengan tulisan Bali “ Om Sang Tabe Ya Pakulun “ bertuliskan bali dan diisi perlengkapan pelajaran seperti : buku tulis, pensil diatasnya diisi ijuk setelah itu baru ditutup atau juga dapat dipakai sebutir kelapa yang dibelah menjadi 2 yang didalamnya isinya sama seperti diatas, kemudian priyuk atau kelapa tersebut dibungkus dengan kain putih. Kemudian buatkan lobang didepan pintu rumah dimana bayi tersebut ditidurkan, jika bayi tersebut laki-laki ditanam disebelah kanan dari pintu masuk, jika perumpuan ditanam disebelah kiri dari pintu masuk. Setelah dibuatkan lobang kira-kira 35- 40 Cm lobang tersebut disiram sedikat dengan air bersih lalu diasapkan setalah itu ambil ari-ari yang sudah dibungkus tadi dengan kain putih sebelum dimasukkan didalam lobang yang melakukan penanaman mengucapkan atau membacakan puja kehadapan ibu pertiwi sebagai permakluman dan ijin untuk menanam ari-ari dan senantiasa si bayi diberikan perlindungan . Puja : Om Sang Hyang Ibu Pertiwi ,meraga bayu amretha sanjiwani, ngamrethaning sarwa tumuwuh, puniki ari-arin nyane si jabang bayi, kaatur ring Ibu Perthiwi, wehana waranugraha ring si jabang bayi, mangda anutugaken tuwuh ipun, lah poma-poma-poma . Setelah pengucapan sehe diatas baru dilakukan penanaman terhadap ari-ari tersebut dan ditimbun dengan tanah sebelumnya diisi bambu/buluh atau pipa, guna memasukan air nantinya keari-ari tersebut. Setelah itu diatasnya ditindih dengan batu pipih dan ditanam pohon pandan wong, di kurung dengan sangkar ayam agar aman dari hewan lainnya. Untuk tempat sang catur canak dibuatkan sanggah cucuk (sanggah segi tiga ) kalau dulu diatapnya dipakai lapisan kelopak bambo dan ijuk ditancapkan didepan tempat menanam ari-ari tadi. Upakara : Upakara pada saat ini disebut dengan upakara ” Pemapag –Rare “ . Banten yang dihaturkan pada saat penanaman ari-ari : A. Untuk disanggah cucuk canang dengan bunga–bunga yang harum dan tidak boleh berwarna merah. berisi nyanyah geringsing. B. Dibawahnya nasi kepelan empat buah dengan warna masing-masing, kepelan putih, kepelan Merah, kepelan Kuning dan kepelan hitam . Banten ini dihaturkan setiap hari ditempat tersebut. Sedangkan untuk sibayi dibuatkan Banten dapetan asoroh dan jerimpen punggul asoroh, dihaturkan ditempat bayi tidur mohon kepada Ida Sanghyang Widdhi dan para leluhur yang manumadi agar diberikan perlindungan dan keselamatan pada dibayi. Pada upacara ini tidak ada pakai tirta untuk si bayi . Setiap hari selama 7 hari ditempat penanaman ari-ari tersebut dihidupkan tabunan dan lampu. Setelah pusar bayi lepas, dibuatkan upacara yang disebut dengan banten kambuhan, pada saat ini dibuatkan perlengkapan sebuah kumara digantung diatas tempat tidur si bayi dengan bantennya: Canang sari, Nyanyah geringsih, minyik-minyikan ( bungan-bunga yang harum kecuali bunga berwarna merah ) kekiping biyu mas, dikumara dengan dasarnya yaitu beras berisi isi daksina telor ayam kampung. Untuk tali pusarnya yang lepas dibersihkan dikeringkan dan setelah kering dibungkus didalam ketipat kukur berisi anget-angetan (rempah-rempah) dibungkus dengan kain putih digantung di teben/disamping si bayi tidur. Banten yang dihaturkan disanggah cucuk ditempat ari-ari ditanam yaitu : banten punjung putih kuning maulah taluh. Canang geti-geti, canang raka, lenge wangi buratwangi, dibawah sanggah cucuk tempat menanam ari-ari, nasi kepelan 4 kepel menjadi dua tempat. Banten yang dihaturkan di kumaranya si bayi dipersembahkan kepada sang kumara agar memberikan perlindungan dan keteguhan jiwatman sang bayi. Sedangkan untuk disanggah cucuk upakara dipersembahkan kepada Hyang ibu pertiwi mohon perlindungan agar bayi dirgayusa, panjang yusa. Pada saat ini sang catur sanak ditempat penanaman hari-hari diberi tirta pengelukatan. ====Selesai ===== Ida Pandita Dukuh Celagi Upakara Kambuhan ( 42 hari ) Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi berumur 42 hari yang sering disebut upacara bulan tujuh hari, tujuan upacara ini untuk membersihkan secara lahir dan bathin sibayi dengan ibunya. Disamping juga untuk membebaskan si bayi dari pengaruh–pengaruh negatif (mala ). A. Saran / Upakara : Upakara yang diperlukan pada bayi yang berumur 42 hari sebagai berikut : 1. Sorohan Banten Pangresikan : - Banten bayakaonan - Banten tebasan Durmanggala - Banten Tebasan Prayascita - Banten Pengulapan - Banten ririan/eteh-eteh pengelukatan . 2. Banten Upasaksi ring Surya : Banten Pejati, Banten Suci Asoroh jangkep, Klungah Nyuh Gading (1) kinasturi. 3. Banten munggah ring Brahma : Banten Pejati dengan tumpeng Merah dan nasi ajuman warna merah, Banten Suci asoroh jangkep, tempat tirta untuk mohon tirta pengelukatan Brahma. 4. Banten munggah ring sumur : Banten Pejati dengan tumpeng Hitam dan nasi ajuman warna Hitam, Banten Suci asoroh jangkep, tempat tirta untuk mohon tirta pengelukatan ring Wisnu. 5. Banten munggah ring kemulan : Banten Pejati dengan tumpeng Putih Kuning dan nasi ajuman warna Puith Kuning, Banten Suci asoroh jangkep, tempat tirta untuk mohon tirta pengelukatan ring Hyang Kemulan. 6. Banten pajotan : hiyunan dimasing-masing pelinggih yang ada seperti tugu karang, pengerurah, dan pelinggih lainnya bila ada juga soda yang dipersembahkan kepada para leluhur biasanya ditempatkan dibale tempat upacara atau dipelinggih dewata-dewati bila ada. 7. Banten Ayaban : Daksina (1) soroh, Suci jangkep asoroh, Banten Soroan asoroh, Banten Ayaban tumpeng (5) asoroh, banten Sesayut Chandra Geni asoroh. 8. Banten pacolongan : Banten Pemali, Banten Pacolongan, Banten Papah bolong asiki, Paangan nyuh kari katur bungsil nyane, ayam luh muani. 9. Banten ditempat ari-ari : Di sanggah cucuk banten peras tulung sayut (satu ) canang lenge wangi burat wangi, banten dapetan, dibawah sanggah cucuk : nasi kepelan empat warna maulam bawang jahe. 10. Banten Penyanggra : Banten Pengedek/panuwuran pemangku, Banten arepan Pemangku. B. Tempat pelaksanaan : Keseluruhan rangkaian upacara kambuhan dilaksanakan didalam lingkungan rumah, didapur, disumur/dipermandian, dihalaman rumah dan disanggah kamulan . Inggih asapunika munggwing palet-paletan rikala jaga ngilenin akambuhan. Setelah selesai rangkaian persembahan diatas, acara selanjutnya jro mangku mulai melakukan pengelukatan kepada si bayi maupun kedua orang tua sibayi, yaitu : 1. Menjalankan eteh-etah pengeresikan kepada si bayi ,juga kepada bajang colongnya, lalu kedua orang tuanya. Setelah selesai menjalankan penyapsapan dilanjutkan dengan natab pabiyakaonan ( Pengastawa diantar oleh jro mangku ) natabnya dibagian bawah (dikaki ). 2. Natab Banten Tebasan Durmagala urutan pelaksanaannya sama seperti diatas. Natabnya dibagian dada. 3. Natab Banten Prayascita urutan pelaksanaannya sama seperti diatas. Natab dibagian kepala. 4. Setelah itu jro mangku melakukan pengelukatan kepada si bayi juga kepada pacolonganya dan kedua orang tuanya dari tirta yang sudah dituwur oleh jerong mangku dilanjutkan dengan pengelukatan tirta yang dimohon dari Bhatara Brahma yang ada didapur, juga tirta yang dimohon ditempat sumur. 5. Setelah selesai pengelukatan si bayi mesesarik dengan mengelang benang Hitam, dan natab banten Pengulapan. 6. Acara sesudah pengelukatan dan pengulapan dilaksanakan si bayi dan kedua orang tuanya melakukan pemuspa bersama di pemerajan, sibapak memangku anaknya si ibu memangku colong papah lalu dilakukan persembahyangan bersama dengan parikramaning sembah. Setelah selesai pemuspan dilaksanakan mohon tirta ring Sanghyang Agni dan Bhatara Guru Tiga Wisesa, Tirta disiratkan pada semua banten dan ditempat ari-arinya, baru si bayi bersama pacolonganya dan kedua orang tuanya dilanjutkan dengan mebija, kemudian setelah pemuspanan tersebut ada tata cara penukaran si anak dengan pacolongan papah, ( biasa dialong dengan si ayahnya yang membawa bayi bahwa sang ibu minta bayinya karena bayinya bukan colong papah, sebelumnya si colong papah ditukar diberikan simbolis makanan dan air yang ada dibanten pecolongan. baru setalah itu diadakan penukaran si bayi dengan colong papah. Lalu colong papah di buang keluar rumah biasanya diletakan dipinggir sungai dengan bebantennya. 7. Acara dilanjutkan dengan natab banten ayaban kepada sibayi (banten pengambian ) mantra : Om Pakulun sanghyang sapta petala, sanghyang sapta dewata,sanghyang besrawana, sangghyang trinadi, panca kosika sira sanghyang premana, mekadi sanghyang Urip, sira hamagehaken ri sthanan nira sowang-sowang, pakenaning hulun hangawruha ri sira, handa raksanan den rahayu, urip waras dirghayusa sang ingambyan. Om Siddhir astu ya namah swaha . 8. Natab Banten Peras Om panca wara bhawed brahma, wisnu sapta wara waca, sad wara iswara dewasca, asta warah siwajneyah. OM kara murciate sarwa pras prasiddha ya namah swaha . Om Sriyam bawantu, sukiam bawantu, purnam bawantu . 9. Dilanjutkan mantra ayuwerdi : OM Ayu werdhir yaso werdhir, wrddhir prajna sukha sriyam, darma sentana wrddhis’ca santute sapta wrddayah. Yatha meru sthito dewah, yawad gangga mahi tale, chandrarkan gagane yawat, tawad wa wijayi bhawed. Om sriyem bawantum, om sukham bawantu, om purnnam bawantu, om sapta werdhir astu . (Si bayi bersama sang Ibu melebar banten Peras ) dengan demikian berakhir sudah upacara 42 hari si bayi. Astungkara. Upacara Tiga Bulan Si Bayi Upacara tiga bulan ini dilakukan setelah si bayi berumur 105 hari diantara beberapa upacara yang berkaitan dengan si bayi upacara ini merupakan hal yang sangat penting, pada upacara inilah yang disebut dengan penyambutan yang artinya mengukuhkan, menyertakan Sanghyang Atma di dalam tubuh sibayi sekaligus penyucian terhadap si bayi, sehingga dalam pelaksanaannya cukup banyak upakara dan puja yang dipakai secara spesifik ( khusus ) dan pada saat inilah si bayi baru diberikan nama dan diperkenalkan kepada warga secara sah, sehinggga jika ada anak yang sudah diupacarai penyambutan jika meninggal wajib diatiwa-tiwa. A. Sarana/ Upakara : 1. Sorohan Banten Pengeresikan : - Banten bayakaonan - Banten tebasan Durmanggala - Banten Tebasan Prayascita - Banten Pengulapan - Banten ririan/eteh-eteh pengelukatan. 2. Banten Upasaksi ring surya : Banten Pejati ,Banten Suci Asoroh jangkep, Klungah Nyuh Gading (1) kinasturi. 3. Banten munggah ring kemulan : Banten Pejati dengan tumpeng Putih Kuning dan nasi ajuman warna Putih Kuning, Banten Suci asoroh jangkep, tempat tirta untuk mohon tirta pengelukatan Ring Hyang Kemulan. 4. Banten pajotan : hiyunan dimasing-masing pelinggih yang ada seperti tugu karang ,pengerurah, perantenan, sumur dan pelinggih lainya bila ada, juga soda yang dipersembahkan kepada para leluhar biasanya ditempatkan dibale tempat upacara atau dipelinggih dewata-dewati bila ada. 5. Banten Ayaban : Daksina (2) soroh. Suci jangkep asoroh, Banten Ayaban tumpeng (21) asoroh, Banten sambutan agung. Banten Jejanganan Banten sesayut pemiyak kala. Banten sesayut Sambut Urip. Banten sesayut lara melaradan Banten Kumara asoroh. Banten Pengideng-ideng. Banten Pewintenan saha pemetikan 6. Sorohan Banten di tempat Ayunan sibayi : Daksina dan suci asoroh. Banten pejati asoroh. Banten peras tulung sayut alit. Daksina suwun-suwunan asiki. Tipat. pisang dialasi piring dan air secangkir. Colong Pusuh yang dihiyang diberikan busana dan bunga. Banten Kumara yang diletakkan dipelangkiran diatas ayunan. 7. Sorohan Banten dibawah (banten yang ditempatkan natar rumah ) a. Banten suci dan pejati asoroh b. Banten ayaban tumpeng 5 c. Banten sorohan asoroh d. Banten sambutan Alit e. Banten Jejanganan f. Banten Jerimpen 2 buah masing-masing pakai tumpeng putih satu dan satunya tumpeng hitam g. Banten Pengakulan h. Nasi Pengakulan i. Banten pengideng-ideng asoroh. j. Banten gelar sanga asoroh k. Banten Pemali asoroh l. Banten duwur lesung m. Tungked buluh /tulup n. Batu bulitan dan telor o. Lesung . p. Pane medaging toya anyar berisi tetuasan berbentuk ikan dan periyasan. 8. Banten Pemali, Banten Pacolongan, Banten Papah bolong asiki, Paangan nyuh kari katut bungsil nyane, ayam luh muani. 9. Banten ditempat ari-ari : - Di sanggah cucuk banten ajuman putih kuning ,canang legewagi buratwangi, kekiping biyu mas, sanggah cucuk digantungi sujang 4 buah berisis toya, berem, tuak, arak. - Dibawah sanggah cucuk : Banten Dapetan, Banten Pengideng-ideng asoroh dan nasi kepelan 4 kepel dengan warna masing-masing putih, kuning merah, hitam. 10. Banten Penyanggra : - Banten Pengedek/panuwuran pemangku, Banten arepan Pemangku. Tempat pelaksanaan : Keseluruhan rangkaian upacara kambuhan dilaksanakan didalam lingkungan rumah. Setelah selesai rangkaian persembahan diatas, acara selanjutnya jro mangku mulai mengupacarai si bayi dan kedua orang tuanya dengan urutan sebagai berikut : Suruh ibu si bayi mengambil anak-anakan dari pusuh atau belego dan si anak di pangku oleh bapaknya. Sedangkan keluarga dekat lainnya membantu membawa daksina suwun-suwunan, Batu bulitan, tongkat/tulup, simbuh dll Acara pengideran bayi, Jika si Bayi laki-laki berputar ke kanan pedandan dengan tulup, kalau perempuan kekiri pedandan dengan tongkat buluh, memutari lesung, dengan runtutan dibantu oleh sanak keluarga pertaman : Daksina suwung-suwung setelah itu si ibu dengan anak anaking pusuh/belogo, setelah itu yang membawa telor, selanjutnya pembawa batu bulitan, terakhir si bayi dengan pakai tongkat. Berputar tiga kali dengan puja pengantar : Sehe : Hangideran sawawu pada sawawu,anak kira si tunggul ametung,putun nira si Kala jarak,sira anak Anakin balego,ingsun anak anaking pusuh,sira anak anaking pusuh, ingsun anak anaking antelu, sira anak anaking antelu,ingsun anak anaking watu, sira anak anaking watu ingsung anak anaking manusa. Setelah pengideran dilakukan penukaran si bayi antara si bapak dengan sang ibu .Selesai dilanjutkan dengan melakukan preteka kehadapan anak-anaking belego atau pusuh yaitu : anak-anakan belego /pusuh tersebut dimandikan ditempat pane yang berisi air yang terletak diatas lesung dengan pane bertuliskan : Ketapa-Ketipi, setelah selesai anak-anakan tersebut diberikan busana sederhana, dihiyas dan dihaturkan tepung tawar tirta, lalu banten pejerimpengan dan banten lainnya di hayab kepada anakan belego /pusuh, Mantra : Ih si bajang Susila, si Bajang Weking, heling sira ri tadah sajin nira, apan kita angawe hala hayu, hulihakna atmaning janma manusa ne manih, haja sira mwah maniwastu pukulun siddha rahayu, seger oger ,urip warasa dirghayusa, tunggunen rahina dalu, manawi kirang tadahan nira, den agung ampurane si bajang bayi, Om Siddhir astu namah swaha . Setelah pengayaban upakara lalu si anak anaking belego/pusuh diayunkan ditempat pengayunan sebanyak tiga kali setelah ini anak-anaking belego dibawa menghadap kepada sang sulinggih /jro mangku yang memimpin upacara disini Jero mangku memusatkan pikiran dengan sarana bunga dengan puja pengulihan dan prelina terhadap anak-anakan belego /pusuh Mantra : Ung Ang Mang setelah pakai anak anaking belego/pusuh dibuka diambil oleh sibayi dan anak-anakan belego/pusuh ditanam (pendem ) disebelah kanan kalau laki-laki dan disebelah kiri kalau perempuan diluar pintu masuk pekarangan rumah . Setelah itu si bayi juga dimandikan dipane tadi, diberi pakai bebalian, gelang benang lalu dibayi ditatabkan segehan kuning. sehabis itu sibayi bersama kedua orang tuanya mabuwu-buwu dilanjutkan dengan natab byakala, durmagala, prayascita dilanjutkan dengan mesesarik. Setelah pengilenan sibayi diatas bayi ditatab banten penyambutan alit yang ada di halaman rumah, mantra : Om Pakulun kaki sambut nini sambut tan edan sambut agung sambut alit , yang sira lunga mengetan mengidul mengulon daweg ulihakane atmane si bajang bayi maka satus kutus satus solas amepek ring angganing si bajang bayi . Lalu ilenan banten penyambutan dan sesarik banten . Kemudian si anak beserta sang ibu dan ayahnya menghadap kepada sang sulinggih atau jro mangku pemimpin upacara untuk melukat : Sakaweruha sperti : Puja srawe, Asta Pungku, dll. Sebelum pengelukatan dilaksanakan kepada si bayi lakukan penempatan kekuatan sibayi seperti : sang Kala ditempatkan pada Mulut sibayi, atmanya dibhrumadhya, dewanya disiwadwara. Sebelumnnya lakukan pengelukatan diberikan Puja pengelepas Awon. Om Pakulun bhatara brahma Wisnu Iswara,manusanira si anu anglepas awon ipun ri bhatara tiga, Pakulun anyudha mala letuh ipun,teka sudha (3X) lepas malan ipun . Om Ani murub angabar-abar saking Madhya, sekalangan murub geninira bhatara siwa,anglukat anglebur sakwehing sungsung baru pati sungsung, edan tangis kageringan, ngumik sukwehing sungsung baru maka108, kalukat kalekburika kabeh, denira tirthanira bhatara siwa,a stu purna jati ya namah . Dilanjutkan dengan Upadraya mantra : Om pang padya namah ( Wasuh suku ) Om argga dwa ya nama ( Wasuh tangan ) Om Jeng jiwa ye namah ( kemuh ) Om Cang Camani ye namah ( meraup) Om Ghrim ksama sampurna ya namah. Setelah selesai pengelukan jro mangku melaksanakan penjaya-jaya kepada si bayi (Dasa Bayu ) mantra : Om perana bayu murti buana. Muka sauna peretistanam. Sidaye siwakwyam bajre. Sarwa mantram sidyam pajam. Om Apani bayu murtinam. Purusa peretista linggam. Sarwa bicari moksanam. Wigna rosah winasanam. Om Samana bayu murtinam. Pratista nyana mulyanam. Sarwa wigna winasanam. Sarwa papa wimurcate. Om Udana bayu murtinam. Anantasana peretiscanam. Sarwa Klesa winasanam. Roga petaka nasanam. Lanjutkan dengan mantra : Om sri ganesa, sri ganesa, sri ganesa raksamam Sri ganesa, sri ganesa, sri ganesa pahimam Om Jaya sri saraswati, jaya sri saraswati jaya sri saraswati raksamam Jaya sri saraswati, jaya sri saraswati, jaya sri saraswati pahimam. Om namah siwaya, Om namah siwaya, Om namah siwaya Namah Om Om namah siwaya, Om namah siwaya, Om namah siwaya Carana Om Om jaya sri Durgha, jaya sri Durgha, Jaya Sri Durgha Raksamam, Om jaya sri kali, jaya sri kali, jaya sri kali pahimam. Om tat sat, om tat sat, om tat sat. Lanjutkan dengan mantra pengurip buana sarira (tiga bersuara ) mesaran benang tatebusan. Om betara guru munggguh ring papusuhan Sanghyang suksma ring ineban, Sanghyang suksma taya ring ungsilan, Sanghyang taya ring sarira Setelah mantra diatas diucapkan didalam hati benang tersebut disentuhkan diujung hidung dibayi agar dapat dihirup 3 X lalu di sentuhkan pada dadanya tiga kali. sehabis itu ambil beras sesarik mantra : Ingsun hangidepan sanghyang tunggal rumasuk ring sariraning sianu, teri sama baktya, nila mantera masi habuta wigeraha ,apan ingsun sanggyang tunggal hamatuhana tri nadi , asing teka patuh ingkup. (berikan sibayi ditempel didada dan kepada kedua orang tuanya untuk ditelan ) Jika pada saat ini dilakukan pemetikan setelah pengelukatan . Tata cara pemetikan : Sarana : Gunting, uang kepeng bendelan untuk gelang tangan yang melakukan pengguntingan, sot mingmang, bunga tunjung putih, cincin , tempat rambut . Mantra gunting : Om Yatawya sakalpanam , suci ikusuma anindih papa klesa winasa, syat. Bang kara mantra Uttamam. Mantra Cincin : Om Heng teja sakalpanam : suci katri maha siddhim, papa klesa winasa syat; Tang kara Uttamam. Mantra seet minmang/panca kosika : Om kusagram kusa wijnyanam,Pawitram papa winasanam, papa klesa winasa syat: mang kara aksara uttamam. Puja saat melakukan pemetikan : Rambut didepan : Om sang sadhya ya namah, anghilangakena papa klesa pataka . Rambut di sebelah kanan : Om Bang Bama dewa ya namah . Rambut di Kiri : Om am aghora ya namah . Rambut dibelakang : Om Tam Tat Purusa ya namah . Rambut di tengah : Om Ing Isana ya namah. Om sarwa papa klesa pataka, lara roga wignam, sasab marana sebel kandelne si pinetik winasaya namah . Setelah pemetikan Setelah acara tersebut diatas dilanjutkan dengan persembahyangan si bayi dan kedua orang tuanya termasuk keluarga ikut mendoakan agar si bayi panjang umur dan selalu mendapatkan perlindungan serta tuntunan yang baik . dengan urutan persembahyangan sebagai berikut : - Muspa puyung. - Muspa Kesurya. - Muspa dengan kewangen (Upasaksi ) mantra : Om Pukulun bhatara Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa nguniweh sang hyang tryo dasa saksi, kaki bhagawan penyarikan nini bhagawan penyarikan, kaki penyeneng nini penyeneng, Bhagawan besawarna, iki manusanira angaturan bhakti, pangubakti ipun ngaturan tadah caru penyambutan wong rare, akedik denipun angaturan agung denipun palaku, amalaku kadirga yusanya kaparipurnaning awak sariranipun aweta urip. Om siddir astu tat astu, Om sukam bhawantu, Om purnam bhawantu, Om Dirghayusa bhawantu, Om sapta wreddhyastu, Om awighnam astu. - Muspa dengan Kawangen (mohon panugraha ) - Muspa Puyung. Setelah selesai acara persembahyangan dilakukan penataban banten kepada si bayi : Natab Banten Sesayut : dengan puja sesayut diatas. Atau juga bisa dengan puja : Tebasan Paripurna : Om Atma Paripurna ye namah swaha. Om Jiwita Paripurna ye namah swaha. Om Sarira Paripurna ye namah swaha. Tebasan Pembersihan : Om Ksmung siwa Mertha Ye namah swaha. Om Ksmung Sadha Siwa Mertha Ye namah swaha . Om Ksmung Parama Siwa Mertha Ye namah Suaha . Tebasan Pageh Urip : Om Dirgayusa Jati Ning Nirmala ye namah Swaha. Tebasan Atma Rauh : Om Atma Antaratma, Niratma Suksma Nirmala Ye namah Swaha. Natab Dapetan : Ong Atma tatwatma sudha nirmala ye namah,. Ang ah mertha sanjiwani ye namah. Natab banten pengambian mantra : Om Pakulun sanghyang sapta petala, sanghyang sapta dewata, sanghyang besrawana, sangghyang trinadi, panca kosika, sira sanghyang premana, mekadi sanghyang Urip, sira hamagehaken ri sthanan nira sowing-sowang, pakenaning hulun hangawruha ri sira, handa raksanan den rahayu, urip waras dirghayusa sang ingambyan. Om Siddhir astu ya namah swaha . Natab banten Penyambutan : Om kaki prajapati Nini Prajapati, kaki Samantara, nini Samantara, kaki Cipta gotra, ingsun hanede nugraha, hanyambutan hulapi atmane si cabang bayi menawi atma ipun anganti ring tengahing samudra, ring pinggiring udadhi, ulihaken ring awak sariraniya, tetap apegeh tinunggu de sanghyang tunggal, makadi sanghyang Prana hurip waras dirghayusa, Om siddhir astu swaha. Natab Banten Peras : Om panca wara bhawed brahma, wisnu sapta wara waca, sad wara iswara dewasca, asta warah siwajneyah. OM kara murciate sarwa pras prasiddha ya namah swaha. Om Sriyam bawantu, sukiam bawantu, purnam bawantu. Dilanjutkan mantra ayuwerdi : OM Ayu werdhir yaso werdhir, wrddhir prajna sukha sriyam, darma sentana wrddhis’ca santute sapta wrddayah. Yatha meru sthito dewah, yawad gangga mahi tale, chandrarkan gagane yawat, tawad wa wijayi bhawed. Om sriyem bawantum, om sukham bawantu, om purnnam bawantu, om sapta werdhir astu . (Si bayi bersama sang Ibu melebar banten Peras ) dengan demikian berakhir sudah upacara 3 bulanan si bayi . OM TAT SAT. OM SANTHI SANTHI SANTHI OM.

2 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    Atau Kunjungi Situs KYAI www.pesugihan-uang-gaib.blogspot.co.id/ agar di
    berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu
    hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik, jika ingin seperti
    saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus