Jumat, 04 Januari 2013

PERJALANAN ATMA KE SORGA



PERJALANAN ATMA / ROH MENUJU SORGA ( BERSATU DENGAN PARAMA ATMA )

Dalam ajaran Agama Hindu dipercaya manusia memiliki dua badan / tubuh yaitu badan kasar ( Tubuh ) dan badan halus yang sering disebut ROH atau JIWA /ATMA

Badan Kasar atau tubuh manusia akan terus berkembang sampai akhirnya seluruh sel yang ada di dalam tubuh rusak sehingga tidak dapat beraktifitas lagi, setelah seluruh sel tersebut rusak dan mati maka tubuh manusia akan mati ( meninggal ).

Sedangkan badan halus / roh / jiwa akan meninggalkan tubuh manusia ( badan kasar ) yang nantinya akan melanjutkan perjalanan menuju tempat untuk menunggu reingkarnasi kembali ( sorga atau neraka ) tergantung dari perbuatan semasa hidupnya yang dalam istilah hindu dikenal dengan KARMA PHALA,

Dalam geguritan ATMA PRASANGSA diceritakan perjalanan ATMA / ROH MENUJU SORGA bersatu dengan Parama Atma ( IDA SANGHYANG WIDI WASA / TUHAN YANG MAHA ESA ). Bagi yang percaya dengan adanya reingkarnasi dan kehidupan setelah ajal menjemput maka Saya akan coba menceritakan perjalanan tersebut sedangkan yang tidak percaya tidak ada salahnya untuk membaca cerita ini.

Ketika telah ditakdirkan atau telah saatnya manusia meninggal maka badan halus ( Roh / Jiwa / Atma ) akan meninggalkan badan kasar ( tubuh) sehingga tubuh manusia yang telah ditinggalkan oleh Atma akan tidak bisa melakukan aktivitas apapun dan disebut mati, nah sekarang diceritakan seseorang yang telah mendalami ajaran agama dimana dalam cerita ini orang tersebut telah tiba waktunya untuk terpisah dari badan kasarnya (Meninggal Dunia).


Dalam cerita ini diceritakan orang yang suci tersebut dapat segera menyadari bahwa badan halusnya telah terpisah dari badan kasarnya, dalam ceritera ini atma dari orang suci tersebut melihat badan kasarnya sangat mengerikan jika diandaikan seperti melihat sosok Barong ( biasa ditarikan dalam tarian barong dibali ), atma tersebut duduk didepan jasatnya yang tengah diupacarai oleh keluarganya dimana ketika duduk di samping jasatnya di ceritakan atma tersebut berterima kasih kepada jasatnya yang telah diajaknya hidup semasa hidupnya di Dunia ( mercepada ), sambil menangis sang atma berpesan kepada jasatnya.

Pesan yang disampaikan antara lain agar sang jasat yang sangat disayangi, dimana telah diajak semasa hidupnya mengarungi kehidupan, tempat untuk belajar agama dan kehidupan kembali keasalnya sesuai dengan perintah ( titah ) SANG PENCIPTA, yang berasal dari api kembali ke api ( Brahma Loka ), yang berasal dari angin kembali ke angin, yang berasal dari air kembali ke air, yang berasal dari tanah kembali ke tanah, semua unsur kembali dari asalnya masing –masing, jika tiba saatnya nanti (reingkarnasi) yang kembali ke tanah akan masuk ke tubuh ibu melalui tanaman dan menjadi unsure tubuh, yang kembali ke angin maka akan masuk pada saat manusia / si ibu bernapas begitu juga unsur lainnya di dalam kandungan sang ibu maka seluruh unsure akan berkumpul dan akan membentuk kembali tubuh manusia.

Diceritakan setelah menyampaikan pesan terakhir tersebut sang atma yang telah mengerti / mempelajari aji kemoksan menuju pura di rumah ( pemerajan ) untuk menghadap kepada IDA BETARA HYANG GURU untuk memohon petunjuk menuju perjalanannya selanjutnya, petunjuk yang diperoleh dari IDA BETARA HYANG GURU supaya sang atma melanjutkan perjalanan menuju PURA DALEM menghadap kepada IDA HYANG BETARI DURGA yang merupakan ratu dari dunia kegelapan dimana IDA HYANG BETARI DURGA akan menunjukan jalan yang harus ditempuh oleh sang atma. Diceritakan Sang atma melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat yang di tunjukkan oleh IDA BETARA HYANG GURU.

Sang atma sudah berada di sekitar areal PURA DALEM untuk menghadap IDA HYANG BETARI DURGA, setelah tiba di pura dalem atma tersebut mendengar suara yang sangat keras seperti suara singa yang sangat galak sehingga sang atma merasa terkejut dan ragu, namun karena sang atma sudah sangat mengerti dengan ajaran kemoksan ( perjalanan menuju kehidupan selanjutnya ) maka sang atma melanjutkan perjalanan untuk menghadap IDA HYANG BETARI DURGA tanpa rasa takut, pada saat itu sang surya sudah mulai bersembunyi pertanda malam telah tiba.

Setelah tiba di tempat IDA HYANG BETARI DURGA kebetulan IDA HYANG BETARI DURGA sedang melakukan pertemuan kecil dengan para bawahannya (rencangnya) dimana bawaha IDA HYANG BETARI DURGA sangat banyak dan dengan rupa yang menyeramkan serta mengerikan rupanya disamping itu para bawahan IDA HYANG BETARI DURGA terlihat sangat beringas siap untuk menerkam dan memangsa sang atma, para bawahan IDA HYANG BETARI DURGA seperti macan kelaparan dan tidak terkendali melihat sang atma yang hadir dalam pertemuan tersebut namun mereka tidak berani untuk mendekati sang atma sebelum ada perintah dari IDA HYANG BETARI DURGA.

IDA HYANG BETARI DURGA yang melihat kehadiran sang atma suci tersebut langsung menghampiri sang atma, dan duduk didepan sang atma yang sedang duduk menghaturkan sembah bakti, IDA HYANG BETARI DURGA berkata kepada sang atma sambil menangis adapun perkataan IDA HYANG BETARI DURGA antara lain “ wahai anakku sang atma suci jangan takut melihat semua bawahan dan muridku yang ada disini apalagi engkau seorang atma yang suci dimana semasa hidup telah dapat menerapkan ajaran agama dengan baik dan benar dapat menjaga hubungan baik dengan sang pencipta, sesama manusia dan dengan alam sekitarnya “.

Sang atma menghaturkan sembah bakti kepada IDA HYANG BETARI DURGA sambil berkata “sembah bakti hamba haturkan kepada IDA HYANG BETARI DURGA semoga hamba tidak kena chakra wibawa, tidak kena kutukan dan tidak kena kutukan sebagai atma yang durhaka, IDA HYANG BETARI DURGA di sebut SANG HYANG BHAGAWATI ketika di puja di Pura Bale Agung dimana pada saat dipuja disana SANG HYANG BETARI memberikan ilmu dan kepintaran.

Ketika berada di Pura Dalem SANG HYANG BETARI disembah sebagai IDA HYANG BETARI DURGA yang berhak untuk mengatur dan memberikan jalan kepada seluruh roh / atma, Ketika berada di Pemuhun ( tempat pembakaran mayat ) SANG HYANG BETARI bernama SANG HYANG BERAWI, ketika berstana di Gunung Agung SANG HYANG GIRI PUTRI nama SANG HYANG BETARI, ketika dipuja di Gunung Batur SANG HYANG DANU nama SANG HYANG BETARI.

Kalau SANG HYANG BETARI berada di telaga dan di pancoran DEWI GAYATRI nama SANG HYANG BETARI, jikalau SANG HYANG BETARI berada di sungai yang besar dan dalam ( tukad ) DEWI GANGGA nama SANG HYANG BETARI. Jika berstana di pura sawah ( ulun carik ) BETARI SRI nama SANG HYANG BETARI semua anugrah SANG HYANG BETARI sangat besar bagi kehidupan umat manusia, saat ini terimalah sembah bakti hamba dan sesajen yang telah disiapkan oleh sanak sodara hamba semoga SANG HYANG BETARI dapat menerima dan memaklumi segala kekurangannya “

SANG HYANG BETARI DURGA berkata “ wahai engkau atma suci yang telah mendalami ajaran kemoksan sekarang silakan lanjutkan perjalananmu menuju swarga loka semoga mendapatkan swarga bhuana yang sangat baik, semoga kamu tegar dalam perjalanan karena dalam perjalanan nanti kamu akan melewati banyak rintangan dimana akan melewati goa, gunung dan hutan yang angker, “

Setelah selesai menerima pesan dari SANG HYANG BETARI DURGA dan menghaturkan sembah untuk berpamitan akhirnya sang atma melanjutkan perjalanan keluar dari candi bentar yang ada di pura dalem menuju arah timur laut ( kaja kangin / airsenia ) sepanjang jalan yang dilalui oleh sang atma terlihat pemandangan yang indah mempesona, banyak sekali bunga yang sedang berbunga disana sini serta berwarna warni dengan bau yang harum semerbak hal tersebut dikarenakan pada saat itu adalah musim semi dimana semua tanaman dan bunga sedang berbunga dan berbuah, burung – burung bersuara merdu bagaikan musik dari kayangan

Diceritakan sang atma sudah sampai di sebuah sungai yang sangat besar ( tukad ageng ) dimana airnya sangat jernih, dipinggir sungai tersebut ada sebuah batu kali yang bentuknya pipih serta dipayungi oleh pahon cempaka yang sangat rindang, sang atma duduk di batu tersebut sambil melihat kearah seberang sungai yang sangat jauh, melihat air yang sangat jernih dan sejuk timbul keinginan sang atma untuk mandi di sungai tersebut, namun ketika sang atma akan melanjutkan niatnya tersebut tiba – tiba muncul seekor buaya yang sangat besar mendekati sang atma dan siap untuk menggigit serta memangsa sang atma.

Untuk menghindari sang buaya sang atma naik kembali ke atas batu sambil melihat mata sang buaya yang ada di depannya, sang atma berkata “ uduh dewa ( wahai engkau ) sang jugul ageng ( sang buaya besar ), jangan engkau mengelak karena aku sudah mengetahui siapa engkau sebenarnya, engkau adalah adikku yang lahir dari satu rahim ibu, waktu itu engkau dan aku lahir bersamaan tidak lain engkau adalah ari – ari. ( untuk lebih jelasnya masalah persaudaraan tersebut silakan baca di kanda pat rare )

Wahai sang jugul ageng ( buaya besar ) engkau dan aku bersaudara untuk itu sebaikan antar aku menyebrangi sungai ini supaya lebih cepat aku bisa menyelesaikan perjalanan ini, siapa lagi selain idewa ( engkau ) yang pantas menolong aku “ mendengan penjelasan sang atma, sang buaya sadar dan menangis seraya berkata” uduh kakak sang atma mohon ampun atas kesalahan hamba, silakan naik ke punggungku akan ku antar kakak sampai di tepi sungai besar ini “ setelah sampai ketepian sang atma menyampaikan terima kasih kepada sang buaya dan melanjutkan perjalanannya menuju arah semula timur laut ( kaja kangin / airsenia ).

Sang atma sekarang telah tiba di tepi hutan rimba yang sangat mengerikan, ketika sang atma hendak masuk ke hutan tersebut sang atma merasa terkejut melihat semua hewan lari tunggang langgang, burung – burung yang ada di dahan pohon semuanya terbang ke angkasa semua hewan mencari tempat persembunyian, terdengar dari hutan tersebut suara yang menyerupai auman macan menuju ke arah sang atma, setelah menunggu beberapa saat muncul raksasa perempuan yang sangat besar menutup jalan sang atma raksasa tersebut besar bentuknya bulat tidak memiliki tubuh, matanya besar dan melotot, taringnya yang terlihat sangat besar dan tajam, ketika sang raksasi itu berteriak maka seperti suara gemuruh yang menggoncangkan ibu pertiwi. Raksasa tersebut tidak memili badan dan hanya kepala saja yang sangat besar ( raksasi ulu ).

Tanpa rasa takut sang atma mendekati raksasi ulu tersebut sampil berkata dengan sangat halus, “ ibu terimalah sembah bakti hamba, hamba tidak ada lain adalah anakmu engkau lahirkan dahulu, hamba mengerti penjelmaan MU ini adalah salah satu kesaktian dari rahim yang ada dalam tubuhmu, ijinkan hamba lewat untuk menuju tempat yang harus hamba tuju “ sang raksasi ulu menjawab “ wahai engkau anakku sang atma suci, engkau sangat paham dengan aji kemoksan ( ajaran moksa ) dan sangat tekun dan taat kepada ajaran agama untuk itu ibu sangat mendoakan perjalananmu semoga kamu tidak menemui rintangan sang sulit dan semoga kamu mendapat tempat yang utama nantinya, aku akan membuatkanmu jalan melewati daerah kekuasaanku “ setelah selesai menerima sembah bakti dari sang atma raksasi tersebut berbalik dan bergelinding membuatkan jalan untuk sang atma karena kesaktian sang raksasi apapun yang tersentuh olehnya hancur berantakan.


Sang atma melanjutkan perjalanan setelah menghaturkan terima kasih kepada sang raksasi ulu, didepan terlihat pegunungan yang cukup sulit untuk dilewati di sebuah lembah sang atma kembali bertemu dengan macan yang sangat galak dan mengerikan, sambil mengeluarkan suara yang menyayat sang macan bersiap untuk menerkam sang atma, sang atma berhenti sambil berkata dengan lembah lembut “ uduh idewa ( wahai engkau ) sang macan mungkin engkau belum mengetahui siapa aku sebenarnya, aku tiada lain adalah soudaramu di kehidupan yang lalu, sewaktu didalam kandungan wujudmu adalah darah, setelah waktunya untuk lahir engkau dan aku secara bersamaan lahir dari rahim sang ibu, kelahiran kita secara bersamaan pada saat kehidupan di dunia “
Setelah mendengan perkataan sang atma ssang macan mengerti dan menunduk sambil meninggalkan sang atma yang sedang berdiri, sang atma melanjutkan perjalanannya setelah melewati lebmah tersebut sang atma kembali melihat hutan dimana di hutan tersebut penuh dengan pohon bunga yang sedang berbunga, bau semerbak wangi dari bunga – bunga yang sedang mekar tersebut membuat sang atma terkagum – kagum, disisi lain burung dan hewan lainnya bernyani riang seperti musik yang menyambut kehadiaran sang atma, sambil berlompat kesana kemari binatang – binatang yang ada di hutan tersebut seperti menari – nari melihat kehadiran sang atma tidak bisa diceritakan keindahan yang ada di tempat tersebut.

Sang atma melihat seekor anjing besar berwarna hitam pekat menghampiri sang atma seraya duduk didepan sang atma, sang atma yang betul – betul sudah mempelajari ajaran agama dengan baik dan menerapkannya samasa hidupnya berkata dengan lembut “ uduh asu selem idewa ( wahai sanga ajing hitam engkau ), aku tiada lain adalah kakakmu dikehidupan yang lalu dimana pada saat di dalam kandungan sang ibu engkau berwujud air ketuban ( yeh nyom ) engkau adalah adikku dalam kehidupan yang lalu dimana kita bersama – sama lahir kedunia “ . mendengan perkataan sang atma tersebut sang anjing hitam tersebut menunduk sambil menjilat sang atma, terasa kesedihan dalam diri sang anjing, sambil berdoa dalam hati sang anjing melepas kerinduannya kepada sang atma, selanjutnya sang anjing meninggalkan sang atma.

Setelah itu sang atma kembali melanjutkan perjalanannya tidak diceritakan jalan yang ditempuh, sampai sang atma sangat lelah dan dahaga, timbul niat sang atma untuk berhenti melepas lelah di sebuah pancuran yang ada didepannya, setelah tiba di pancuran tersebut sang atma duduk disebuah batu yang ada disana. Tanpa disadari oleh sang atma ada sekelompok bebutan ( sejenis raksasa ) melesat menghampiri sang atma sambil mengepungnya, sambil bersorak gembira bebutan tersebut mengepung sang atma bersiap untuk memangsanya, dengan mengeluarkan senjata masing – masing para bebutan tersebut bersiap untuk mengoyak dan menikam sang atma .

Sang atma berkata dengan sangat halus kepada kelompok bebutan tersebut “ uduh idewa sang bebuthan sami, kalau memang boleh jangan marah dengan keberadaan hamba disini, engkau sang bhawal, sang badpamiad dan seterusnya ……… , engkau dan hamba adalah sama, aku sudah menjadi atma sudah berada di alam niskala ( dialam lain ), lebih baik engkau ke mercepada ( dunia ) disana keluaga hamba telah mempersiapkan sesajen yang berhak untuk kalian nikmati, idewa sang bhuta badmoti segehan bubuh dagianmu, idewa sang bhuta mrajasela sekar ura punyamu, merupa bubur pirata sang bhuta bhawal punyamu dan seterusnya ………….” Setelah mendengan perkataan sang atma suci kelompok bebhutan tersebut segera menghilang dari tempat tersebut.

Diceritakan sang atma sudah sampai di simpang tiga ( marga tiga ), sang atma bermaksud untuk berhenti sejenak untuk beristirahat namun belum sempat sang atma untuk duduk tiba – tiba terdegar suara gemuruh yang sangat keras angin bertiup sangat kencang semua hewan berlarian seperti ketakutan, namun sang atma tetap tegar menunggu apa yang akan datang, secara tiba – tiba muncul empat kala ( sejenis raksasa ) didepan sang atma rambutnya merah dan kusut, sambil setengah menari ke-empat kala tersebut secara bersamaan tertawa, suaranya sangat keras menyerupai gemuruh guntur dan kilat, keempat kala tersebut berkata “ ini ada atma disini tampaknya sangat enak untuk dimangsa “ mendengar perkataan keempat kala tersebut sang atma menghaturkan sembah sambil berkata dengan lembut “ uduh beli ( wahai kakakku ) sang Jogormanik, sang Suratma, sang Maha kala adikku, begitu juaga sang Doro kala, hamba mohon engkau tidak menghlangi perjalanan hamba karena engkau berempat dan aku tidak ada lain dan tiada bukan adalah bersaudara , ketika engkau kecil sang angga pati yang pertama sang prajepati yang kedua sang banas pati yang ketiga dan yang keempat sang banaspati raja , didalam tubuh engkau juga memiliki tempat seperti sang prajapati engkau di hati tempatmu dan seterusnya …………….. begitulah keberadaan kalian semuanya, lebih baik kalian berempat kerumah hamba di mercapada ( bumi ) disana telah disiapkan saji darpana agung silakan dinikmati di sana. Selanjutnya ijinkan saya melanjutkan perjalanan”


Keempat kala tersebut berkata “ inggih sang atma suci silakan melanjutkan perjalanan semoga engkau memperoleh sorga yang utama” selanjutnya dicerikan sang atma dan sang kala berpissah, sang atma melanjutkan perjalanannya menuju timur laut ( kaja kangin / airsenia ), setelah melewati beberapa rintanggan akhirnya sang atma tiba disebuah taman yang sangat indah dan semerbak wangi dari kembang yang tumbuh di sekitar taman tersebut airnya sangat suci dan dingin taman tersebut bernama PANCAKA TIRTA, sang atma mandi ditaman tersebut untuk mensucikan dirinya karena taman tersebut adalah anugrah IDA SANG HYANG WISNU untuk mensucikan atma yang bendak menuju sorga.

Ketika sang atma sedang mandi berita tentang kedatangan sang atma sudah tiba di swarga selanjutnya para dewa – dewi, bidadari mempersiapkan penyambutan, dengan diiringi suara musik yang sendu rombongan penyambut tersebut menuju tempat PANCAKA TIRTA tempat sang atma mensucikan diri.

Diceritakan kembali sang atma yang telah selesai mandi berteduh disebuah pohon untuk melepas lelah sambil menikmati pemandangan, terdengan suara sayup – sayup musik yang sangat indah dari kejauhan dengan diiringi bau harum yang semerbak, sang atma duduk bersila sambil menunggu kedatangan suara tersebut, setelah rombongan penjemput tersebut tiba sang atma menghaturkan sembah bakti kepada para dewa yang mendekatinya.

Salah satu dari para dewa tersebut berkata “ uduh dewa ( wahai engkau ) sang atma engkau sangat taat, suci dan uttama kami semua datang untuk menjemput kedatangan mu menuju sorga, kamu pantas untuk mendapatkan sorga yang utama, yang akan kamu peroleh adalah rumah yang terbuat dari emas yang terbaik”

Sang atma menghaturkan sembah seraya berkata “ sembah sujud hamba kehadapat para dewata semua hamba mohon jangan melebih – lebihkan hamba sebenarnya hamba tidak mengetahui apa – apa, hamba mohon ampun jika perkataan hamba ada yang salah “

Dewa tersebut berkata “ itu memang benar dalam kehidupanmu di dunia kamu telah sangat tulus dalam berbuat baik kepada dewa ( TUHAN ), manusia, dan alam, menjalankan apa yang menjadi tugasmu tanpa pambrih, tidak tergoda dan selalu menghaturkan sesajen walaupun sekedar canang dan dupa, walaupun hanya dengan doa, yang penting adalah ketulusan. Ingat dengan leluhur, beryadnya semampunya, nah sekarang naiklah ke joli emas itu kita lanjutkan perjalanan menuju sorga “

Setelah mendengan perkataan dewa tersebut sang atma tidak berani membantah dan naik keatas joli emas yang sangat indah dihiasi dengan manik dan batu permat, diceritakan rombongan tesebut telah tiba di pintu gerbang menuju sorga didepan pintu gerbang tersebut terdapat sebuah balai ( bangunan ) yang sangat indah dihiasi emas dan permata, di tempat tersebut telah menunggu RESI ( pemimpin umat ) sorga untuk menyucikan sang atma. Upacara penyucian untuk sang atma digelar dengan sangat khusuk, setelah upacara tersebut selesai sang atma diantar menuju sorga dan tempat yang terlah ditentukan, di tempat tersebut sang atma bertemu dengan orang tua dan sanak saudaranya yang telah terlebih dahulu menempuh perjalanan tersebut, sambil menangis keluarga tersebut melepas kerinduannya.

Tidak diceritakan berapa lama sang atma berada di tempat tersebut sampai akhirnya semua atma dijemput menuju SIWA LOKA ( tempat bersatunya Atma dengan Prama Atma atau atma dengan SANG PENCIPTANYA ) hal tersebut merupakan tujuan terakhir dari perjalanan atma dalam ajaran Hindu.


Sampai disini dulu ya >>>>>>>>>
ternyata susah juga ya mencari sorga >>>>>>>>>>>
nah kapan lagi mau berbuat baik >>>>>>>>>>>>
ada yang bilang NASA udah mencapai planet lain tapi kita tetap mempelajari ini dari jaman dahulu >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
so terserah kalian deh >>>>>>>>>>>>>>>>>>

Cerita ini dikutip dari GEGURITAN ATMA PRASANGSA jika dalam penulisannya ada salah ataupun ceitanya kurang tepat saya minta maaf namun secara garis besar cerita tersebut menggambarkan perjalanan atma yang suci menuju sorga >

8 komentar:

  1. Cerita yang benar2 bagus dan bisa menjadi pelajaran bagi umat hindu .

    BalasHapus
  2. semetone sane paling ngererehin soargan, kantos ngutang sanggah nguber soargan...hehehee..... mogi semakin akeh semeton Bali (Hindu) ne menyadari bahwasanya, tidak ada hal yang baik bisa dicapai dengan instan! bernafas saja perlu usaha berkesinambungan! suksma atas pengetahuannya!

    BalasHapus
  3. Astungkara bersyukur bisa membaca cerita ini. Akan belajar menjadi orang yg lebih baik lagi

    BalasHapus
  4. Cerita yg sangat bagus untuk bahan renungan, suksme

    BalasHapus
  5. Cerita yang sangat bagus. Makna yang terkandung sangat baik.

    BalasHapus
  6. Suksma ceritanya bli 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  7. Luar biasa sang atma bisa ke tempatnya yg terakhir.mungkinkah kita bisa sampai disana. Semoga .......

    BalasHapus